Tak seorang pun di antara kita yang ingin kehilangan orang terkasih. Hal itu pulalah yang dialami oleh Jia (Li Bingbing; juga berperan sebagai produser). Pasca mendapat kabar bahwa adiknya, Luke (Wu Chun) hilang dalam sebuah ekspedisi pencarian bahan pembuatan obat di daerah gurun di Tiongkok, Jia berusaha menyelamatkannya. Bersama CEO perusahan farmasi tempatnya bernaung, Mason (Kelsey Grammer) dan rekan-rekan kerjanya yakni Chen (Jason Chong), Milly (Stef Dawson) dan Gary (Shane Jacobson), mereka terbang dari Australia ke Tiongkok untuk memastikan kabar Luke. Tak ketinggalan, spesialis penyelamatan yang telah berpengalaman di Nepal, Ridley (Kellan Lutz) juga ikut. Bagi Jia, cukup orang tuanya saja yang telah pergi, namun tidak dengan adiknya.
Misi yang mereka lakukan ternyata tidak semudah yang dikira. Selagi mengendarai mobil off road di tengah-tengah gurun, mereka menemukan seekor binatang sejenis domba gurun mati terpakar di atas gurun. Keadaan menjadi tidak wajar karena jumlahnya tidak hanya satu melainkan banyak. Tak lama setelah itu tiba-tiba badai gurun menghadang dengan kencang. Adanya barang-barang tambang di lokasi tersebut menimbulkan berbagai ledakan yang dapat membahayakan nyawa mereka. Demi menyelamatkan diri, akhirnya mereka langsung masuk ke dalam mobil dan tancap gas untuk pergi sejauh-jauhnya.
Jia dan kawan-kawannya dapat bernapas lega. Di tengah kepungan badai dan ledakan yang masih terjadi, mereka menemukan sebuah rumah tak terawat sehingga mereka dapat berlindung di dalam sana. Sayangnya rumah tersebut justru membawa malapetaka lainnya.
Selain menemukan mayat manusia dengan kondisi mengenaskan, beberapa ekor laba-laba beracun muncul dan bahkan sampai melukai Chen. Jia yang merupakan ahli binatang beracun awalnya menduga bahwa itu adalah laba-laba jenis funnel web, laba-laba yang berasal dari Australia. Namun setelah Chen diberikan obat antivenom, Jia menduga bahwa ada yang aneh dari laba-laba tersebut. Dengan antivenom, seharusnya racun yang ditimbulkan oleh laba-laba funnel web dapat lebih cepat diatasi, namun kenyataannya lebih lama. Jia bahkan harus memberikan dosis tambahan agar nyawa Chen selamat.
Di saat kondisi Chen belum benar-benar pulih, tiba-tiba laba-laba yang bermunculan makin banyak. Bersama seorang gadis Tiongkok yang ditemukan Jia sedang bersembunyi di dalam sebuah lemari, mereka pun berusaha menyelamatkan diri dari ledakan-ledakan akibat badai gurun dan serbuan laba-laba dengan masuk ke ruang bawah tanah di rumah itu. Sebenarnya niat mereka hanya mengamankan diri, namun ternyata tindakan itu justru mengantarkan mereka pada penemuan yang tidak diduga sebelumnya. Ternyata ruang bawah tersebut menghubungkan pada kekaisaran yang telah berlangsung 200 tahun sebelum masehi!
Tak ada pilihan lain, mereka terus menyusuri ruang bawah tanah tersebut. Naas, masuknya mereka ke sana tidak otomatis membuat mereka menjadi aman. Ruangan demi ruangan yang dahulunya merupakan tempat kekaisaran tersebut ternyata telah menjadi 'kuburan' yang dijaga oleh ribuan atau bahkan jutaan laba-laba beracun. Mereka keluar satu per satu dan siap melukai siapapun yang ada di dekat mereka. Sekali si laba-laba mengeluarkan racun, nyawa pun melayang. Mampukah Jia dan kawan-kawannya selamat dari teror laba-laba pencabut nyawa yang terus membuntuti mereka di makam kaisar? Mampukah pula mereka menemukan Luke yang hilang? Apa pula rahasia yang tersembunyi di tempat tersebut? Semuanya akan terjawab dalam "Guardians of The Tomb"!
Film ini bukan satu-satunya dan bukan film pertama yang bercerita tentang serangan hewan berbahaya kepada manusia. Film sebelumnya yang bercerita seperti itu sebenarnya sudah banyak, seperti Anaconda yang menampilkan ular sebagai 'tokoh antagonis' dan Alligator yang menampilkan buaya sebagai 'si jahat'. Walau binatangnya berbeda-beda, film-film tersebut memiliki kesamaan, yakni tentang bagaimana binatang menyerang manusia dan manusia berusaha sekuat mungkin untuk bertahan hidup dan menyelamatkan diri. Penonton pun juga akan dibuat degdegan dengan aksi-aksi menegangkan yang ditampilkan. Film ini pun sebenarnya demikian, bahkan idenya lebih unik karena memasukkan unsur budaya Tiongkok. Sayangnya, eksekusi dalam film ini sangat kurang.
Dalam hal ini saya merasa Kimble Rendall sebagai sutradara kurang peka dalam memainkan adrenalin penonton. Seharusnya jantung saya dibuat terpacu karena adanya serangan laba-laba yang ingin menyerang manusia sebagaimana saya merasa terancam saat saya menonton film Anaconda atau Alligator, namun sepanjang film diputar, saya tidak merasakannya.
'Gangguan' lainnya juga saya rasakan pada latar tempatnya. Kekaisaran jaman dulu mungkin memang memiliki banyak ruangan. Tapi banyaknya ruangan yang harus dilalui oleh Jia dan kawan-kawannya membuat saya lelah. Ternyata tidak hanya Hayati saja yang lelah, saya yang menonton film ini pun juga. Ini kapan kelarnya dari tadi masuk ke ruangan, keluar ruangan terus masuk ke ruangan lagi? Padahal pembukaannya terasa meyakinkan dan membuat saya merasa penasaran untuk tahu apa yang terjadi selanjutnya. Namun semakin ke tengah-tengah cerita, rasa penasaran dan semangat untuk menontonnya perlahan demi perlahan menurun.
Ini bukan film yang sempurna. Namun bagi kamu yang bosan dengan film hollywood dan ingin merasakan citarasa film kolaborasi Australia-Tiongkok, "Guardians of The Tomb" ini bisa menjadi jawabannya. Lewat film ini kita juga dapat melihat bagaimana bintang film lintas negara, seperti Australia (Stef Dawson), Amerika (Kellan Lutz), Brunei Darussalam (Wu Chun) dan tentu saja Tiongkok (Li Bingbing) menunjukan tajinya di dunia seni peran. Bagi kamu yang kangen dengan film bertema binatang berbahaya melawan manusia, film ini juga tak ada salahnya kamu masukkan sebagai bucket list. Per 4 April 2018 film ini sudah dapat kita saksikan di bioskop-bioskop terdekat seperti Cinemaxx, CGV dan Flix Cinema.
Pada akhirnya, beda ladang memang beda belalang. Di Tiongkok, film yang sempat berjudul Nest ini meraih prestasi dengan meraih posisi box office keempat dan pendapatan total selama tiga hari sebanyak $6.11 juta. Namun di Indonesia, saya rasa penonton Indonesia akan memiliki tanggapan berbeda. Kamukah salah satunya? Selamat menonton tapi jangan terlalu tinggi dalam menaruh ekspektasi!*