Lihat ke Halaman Asli

Noval Kurniadi

Speaking makes words, writing makes wor(l)ds

Semarak "Never Give Up" dalam Mandiri Jakarta Marathon 2017

Diperbarui: 6 November 2017   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(dok. Bank Mandiri)

Monas mendadak ramai. Ribuan orang berbondong-bondong memasukinya padahal fajar belum saja menyingsing. Mereka tampak antusias. Ada apa gerangan?

Eits, jangan salah. Mereka tidak sedang demo. Orang-orang memadati Monumen Nasional untuk satu kegiatan yang sama, yakni berlari mengelilingi ikon-ikon Jakarta hingga mencapai garis finish. Inilah kebanggaan Indonesia khususnya warga Jakarta: Mandiri Jakarta Marathon 2017. Perhelatan olah raga lari dengan total hadiah sebesar Rp 774 juta itu kembali digelar pada Minggu, 29 Oktober 2017. Sebagai pusat kota, Monumen Nasional menjadi saksi dari lahirnya jawara-jawara baru. Pada tahun ini tercatat ada sekitar 16.000 orang yang menjadi peserta dengan 1.585 di antaranya bahkan merupakan pelari asing yang berasal dari 50 negara di dunia. Waw!

Bersama para kompasianer di MJM 2017 (dok. Detha Tifada)

Ada empat kategori yang dilombakan dalam Mandiri Jakarta Marathon 2017 berdasarkan jarak tempuh, mulai dari tingkat terendah hingga tertinggi: Marathoonz (untuk anak-anak), 5K (5 km), 10K (lari 10 km), Half Marathon (HF) (21 km) dan Full Marathon (FM) (42 km). Menariknya, animo masyarakat pada tiap kategori begitu tinggi. Sejumlah tokoh dan publik figur bahkan turut ambil bagian, seperti Ben Kasyafani, Dimas Seto, Dini Animarti hingga tokoh seperti walikota Bogor Bima Arya dan wakil gubernur Jakarta, Sandiaga Uno.

Sandiaga Uno dalam MJM 2017 (dok. Kompasiana)

Mandiri Jakarta Marathon 2017 tak sekadar ajang kompetisi lari saja melainkan juga sebagai investasi bagi negara di sektor pariwisata dan ekonomi. Minimal terjadi perputaran rupiah dari 1.585 peserta asing. Terlebih di zaman yang serba digital tak lengkap rasanya jika tidak uploadkegiatan ke media sosial. Itu artinya, secara tak langsung para peserta asing yang ikut kemudian mengunggah kegiatannya ke akun media sosial mereka sedang "mengiklankan" Indonesia secara umumnya dan Jakarta Mandiri Marathon secara khususnya kepada teman-teman dan rekan-rekan mereka di negara asalnya. Hal ini tentu saja bisa berdampak pada peningkatan jumlah wisatawan asing yang datang ke Indonesia. Bagi saya investasi negara yang dilakukan via penyelenggaraan lari ini adalah langkah yang luar biasa.

(dokpri)

Kearifan Lokal dan Sejarah Baru

Hal yang saya suka dari Mandiri Jakarta Marathon 2017 adalah medalinya. Tahukah kamu? Medali yang diberikan kepada semua peserta yang telah berhasil menyelesaikan larinya itu sangat menjunjung kearifan lokal lho! Pada medali tampak gambar tanjidor, kesenian khas Jakarta lengkap dengan penjelasan singkat. Sebagai orang yang punya darah Betawi, saya bangga. Keren banget! Kita boleh saja tetap mengikuti perkembangan zaman, namun tetap saja kearifan lokal tetap harus dilestarikan. Bagi saya ini kreatif sekali.

medali-59ff3b95c252fa6e185d1243.jpg

Di sisi lain, Mandiri Jakarta Marathon 2017 menciptakan sejarah baru. Dua pelari asal benua Afrika berhasil mencatatkan diri sebagai juara. Pada kategori Full Marathon (FM)  putra, pelari asal Maroko, Anouar El Ghouz berhasil menjadi juara dengan catatan waktu 02:21:26 sedangkan pada kategori Full Marathon (FM) putri, pelari asal Kenya, Peninah Jepkoech yang berhasil menjadi juara dengan catatan waktu 03:07:54. Kendati tak ada wakil Indonesia di peringkat pertama, kita patut berbangga karena Indonesia menempatkan wakilnya sebagai juara pada kategori lainnya. Pada kategori 10 K, Agus Prayogo berhasil keluar sebagai juara dengan catatan waktu 23:57 dan Odekta Vina Naibaho sebagai juara dengan catatan waktu 37:58.

Sang jawara kategori FM dari Maroko (dokpri)

Oh ya, walau Mandiri Jakarta Marathon 2017 berlangsung dengan semarak, ada hal yang patut disayangkan. Bukan dari penyelenggara, melainkan dari peserta lari. Ada peserta lari yang mencederai sportivitasnya sendiri. Saat saya sedang memotret momen-momen saat para peserta mulai berlari bersama beberapa kompasianer lainnya, tiba-tiba seorang peserta melemparkan sebuah botol minum ke arah saya. Hampir saja mengenai kaki saya. Kalau kata anak jaman sekarang, KZL. Kok ya lagi ikut kegiatan lari sempat-sempatnya membuang sampah sembarangan dengan melempar botol begitu saja? Entah siapa orang yang melakukannya saya kurang tahu. Namun yang jelas tindakan itu tidak terpuji.

Never Give Up

Bagi sebagian besar orang Mandiri Jakarta Marathon 2017 adalah eventpertama yang diikuti, namun bagi sebagian lainnya justru tidak. Gendro, salah seorang peserta lari dari Jakarta menuturkan bahwa ini adalah kali kedua ia mengikuti Mandiri Jakarta Marathon 2017. Pertama kali ia berpartisipasi pada Mandiri Jakarta Marathon 2015. Ia sendiri mengaku puas. Namun ditanya apa perbedaannya dari penyelenggaraan tahun ini dibanding tahun lalu ia berujar, "Tahun ini jumlah standnya lebih sedikit."

Salah satu peserta MJM 2017 berfoto di arena foto (dokpri)

Melihat hal itu membuat saya yang awam dengan dunia lari ini geleng-geleng kepala. Pagi buta adalah sesi terbaik untuk ngulet, tapi kok yao kenapa banyak orang yang ikut ini dan datang pagi buta hanya buat berlari? Terlebih ada yang sudah lebih dari sekali mengikuti kegiatan ini. Mending tidur aja deh di pagi-pagi seperti ini. Saya sempat bingung. Namun begitu sadar dengan slogan Mandiri bertajuk "Never Give Up", saya mendapatkan pencerahan. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline