Lihat ke Halaman Asli

Sepenggal Kisah-kisah Pengingkaran pada Patriotisme di Dunia Sepakbola

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13532720921553115401

[caption id="attachment_210130" align="aligncenter" width="210" caption="sumber:bpjabar1012.blogspot.com/2011/05/harapan-kebangkitan"][/caption] Langsung aja to the point yah masbro dan mba’sis semua, cekidot:

Meksiko

Carlos Vela, usianya masih 24 tahun sekarang tapi namanya sudah melejit ketika di final Piala Dunia FIFA U-17 tahun 2005 Meksiko U-17 mengalahkan Brasil dan menjadi top skorer di Peru saat itu. Bulan Juli 2012 saat itu dia menerima panggilan dari Timnas Meksiko untuk berlaga di Olimpiade London 2012. Namun disaat bersamaan dia harus merampungkan deal transfer permanen dengan Real Sociedad, klub yang menjamin namanya dalam starting eleven dibanding Arsenal. Tak ingin cita-citanya buyar karena takut kontraknya gagal, maka dia menolak ikut tim olimpiade Meksiko. Atas penolakan ini, Vela menolak untuk dikatakan tidak loyal kepada bangsanya, dia hanya mengharapkan pihak federasi memahami posisinya dan mengatakan bahwa masa depannya adalah untuk Meksiko.

Setali tiga uang dengan Vela, Jonathan Dos Santos juga mengingkari panggilan negaranya karena alasan klub. Adik dari Giovanni Dos Santos ini pada saat dipanggil oleh Tim Meksiko untuk ikut olimpiade London sedang berjuang untuk mendapatkan tempat di tim inti Barcelona (hasilnya sampai sekarang baru dua kali main di Barca). Dengan alasan ikut Summer Tour Barca, dia sama sekali tidak tertarik untuk berjibaku di London mengangkat martabat bangsanya.

Dari dua nama diatas, tampaknya vonis kepada Vela lebih berat dimana dia tidak pernah diikutkan pada babak kualifikasi Piala Dunia 2014 di Brasil dan namanya tidak tercantum di list timnas Meksiko. Kalo Jonathan masih ada kemungkinan karena pada Februari lalu dia dipanggil ketika Meksiko menghadapi Kolombia.

[caption id="attachment_210132" align="aligncenter" width="210" caption="sumber: wikipedia"]

13532729381997393067

[/caption]

England

Salah satu kebijakan yang dilakukan oleh Coach Roy Hodgson di timnas Inggris ketika akan bertanding untuk menghadapi tim lain atau kompetisi tertentu adalah dengan membuat list pemain dan kemudian diluar list tadi, dia menelpon pemain lain untuk bersiap-siap apabila salah satu dari daftar pemain tadi mengalami cedera atau under performed. Nah yang untung dari sini adalah para muka baru yang mendapat telpon dari sang pelatih, namun para dedengkot yang dulu-dulunya malang melintang di timnas akan merasa tersinggung dengan kebiasaan ini. Di Euro 2012, Roy menerapkan ini dan hasilnya beberapa pemain menolak untuk ‘hanya sekedar pelengkap’ tim, sebut saja Peter Crouch, Emile Heskey, Micah Richards, Michael Carrick dan Ben Foster. Kecuali Carrick, nama-nama tersebut belum pernah lagi masuk di standby list nya Coach Roy sampai sekarang, disamping Crouch dan Heskey yang memang sudah mengumumkan untuk pensiun dari timnas Inggris.

[caption id="attachment_210133" align="aligncenter" width="300" caption="sumber: wikipedia"]

1353274807913867280

[/caption]

Kamerun

November 2011, saat itu Kamerun akan menghadapi Algeria dalam kualifikasi Piala Afrika 2012 dan Eto’o memimpin rekan-rekannya untuk memboikot pertandingan itu dengan menolak berangkat ke Algeria. Alasannya simple bagi kita (walo mungkin bagi pelakunya ga begitu), yaitu bahwa bonus belum dicairkan oleh pihak federasi untuk pertandingan yang dilakukan 3 hari sebelumnya melawan Sudan dan Maroko di Marakesh (dua-duanya menang). Atas dasar itu, ketum pssi nya Kamerun melarang Eto’o selama 15 pertandingan bersama Kamerun yang di bulan Januari 2012 direvisi menjadi 8 bulan, begitu juga dengan Enoh Eyong (Ajax) dan Benoit Assou-Ekotto (Spurs). Sebagai catatan akibat penolakan Eto’o dan tim, pertandingan melawan Algeria gagal dan federasi Kamerun membayar denda sebesar $500,000 kepada Algeria atas tragedi ini (wow...). Namun sepertinya sanksi ini menimbulkan reaksi keras dari masyarakat Kamerun juga bagi pemain lainnya ketika di bulan Desember terjadi protes menentang sanksi tersebut baik dari publik maupun pemain. Jean Makoun (Olympiakos) dan Benoit Angbwa (ex Anzhi) secara resmi mengirim surat ke federasi menolak untuk bermain sebelum hukuman Eto’o dicabut. Tampaknya pembangkangan berjamaah yak. Tapi apapun itu, mungkin ada sejarah yang susah diungkap oleh kita namun hanya bisa dipahami oleh publik Kamerun sendiri tentang kejadian yang menimpa persepakbolaan mereka.

[caption id="attachment_210135" align="aligncenter" width="300" caption="sumber: wikipedia"]

1353273368385740361

[/caption]

Kenya

Februari 2012, McDonald Mariga (Inter Milan tp skrg statusnya loan di Parma) menolak bermain untuk negaranya untuk menghadapi Togo dalam kualifikasi Piala Afrika 2013. Alasannya karena tiket pesawatnya belum ditebus oleh federasi. Hal yang sama dilakukan oleh kompatriotnya yaitu Dennis Oliech (Auxerre) namun kali ini alasannya berbeda. Dia menolak berpartisipasi di timnas Kenya gara-gara ada iklan dirinya yang dibuat oleh perusahaan sponsor timnas Kenya tanpa persetujuan dirinya (otomatis tanpa fee juga). Selama perusahaan itu menjadi sponsor tim Kenya, selama itu pula dirinya menolak bermain membela Kenya, begitu bunyi protesnya ke federasi. Sampai sekarang proses gugatan masih berlangsung di sono. PSSI-nya Kenya sudah menyurati FIFA untuk minta fatwa atau dasar agar Oliech di sanksi 2 pertandingan di klub sesuai statuta FIFA, namun FIFA menyebutkan bahwa ini bukan urusan mereka tapi hanya masalah domestik federasi.

[caption id="attachment_210136" align="aligncenter" width="210" caption="sumber: wikipedia"]

13532751922017850238

[/caption]

Mesir

[caption id="attachment_210137" align="aligncenter" width="210" caption="sumber: wikipedia"]

1353275256476007662

[/caption] Mohamed Abdullah Zidan  (ex Dortmund, Hamburg dan Mainz, skrg di klub Baniyas, UAE), tidak memberikan respon ketika Mesir membutuhkan dirinya untuk Piala Afrika 2006 dimana Mesir menjadi tuan rumah. Federasi Mesir meng klaim sudah mengirim fax ke klubnya Zidan saat itu yaitu Mainz pada tanggal 23 Desember 2005. Zidan sendiri merasa tidak menerima panggilan itu dan berasumsi bahwa fax dikirim ketika di Jerman orang-orang sedang libur Natal. Lanjutnya dia heran kenapa dia tidak ditelpon saja sebagaimana pihak federasi menelpon Mido untuk bergabung. Namun alasan sebenarnya ditengarai bahwa dia tidak tertarik bergabung ke timnas karena akan mengganggu usahanya untuk masuk ke skuad inti Mainz, pengalaman pertamanya bergabung di klub Eropa.

Ahmed Hossam Mido (ex Ajax, Marseille, Roma, Spurs, skrg di Barnsley), di bulan Mei 2004 (waktu masih bermain untuk Ajax) mengirim fax ke federasi Mesir untuk minta ijin tidak ikut timnas karena alasan cedera. Ketika itu Mesir akan menghadapi kualifikasi Piala Afrika 2004. Itu dimaafkan. Namun yang kemudian menimbulkan kontroversi adalah di bulan September 2004 (posisi sudah dikontrak Roma), merasa cara pertama tadi berhasil, dengan alasan yang sama menolak lagi panggilan Tardelli (pelatih Mesir) untuk membela Mesir. Dimana kontroversinya? Pada waktu Mesir akan melakukan pertandingan melawan Kamerun, kurang dari 24 jam sebelumnya, Mido terlihat bermain untuk Roma dalam pertandingan persahabatan. Pembelaan Mido saat itu adalah “I’m not a traitor” sambil menjelaskan bahwa yang bilang dia cedera adalah presiden Roma yang menelpon langsung Tardelli, dan disisi lain dia juga tak kuasa menolak perintah Bos Roma yang baru saat itu yaitu Rudi Voller untuk tampil. Mido menyesal? Iya pastinya, dan karena itulah sampai tiga kali dia melakukan konpers permintaan maaf di Mesir, bulan desember 2 kali konpers dan terakhir di februari 2006 baru kemudian pengakuan dosanya diterima.

Supaya lebih meresapi tulisan ini, berikut pernyataan Mido ketika ingin balik kucing ke timnas Mesir (dilansir dari bbcsport):

"I have changed enormously, both as player and person. "The Mido of the past lived just for the moment. "But the Mido of today is looking forward and thinking of the future," .

"I was very young when I did things that I shouldn't have done. "It didn't have anything to do with a poor mentality but as they say in Egypt, 'you pay to learn'.

"Naturally, I got a lot of advice but when you are young, you think you know better. "I realise now I was not true to my sport and I did not apply myself properly”.

"I miss wearing the national team colours,". "There isn't much I have to say today, all there is to say is that I came specially from England to Egypt to rejoin the national team and to apologise for all my mistakes".

"It's not my right to give orders and say when I want to play ... at the same time I will always make sure that I put the national's team's matches as my top priority”.

"I feel that the national players are playing with a new spirit as I saw them play against Belgium (Egypt won 4-0 on Wednesday) and I simply want to add to their success”.

Akhirnya, begitulah saga dari beberapa kisah pembangkangan para pemain sepakbola kepada panggilan tanah air dalam dunia sepakbola. Untuk episode Indonesia? No comment aja lah, toh semua sudah tau cerita awalnya, tinggal ending nya aja yang belum ketauan kan, apa mereka nanti bikin statement memelas macam Mido, atau dengan muka badak tau-tau masuk timnas Garuda lagi tanpa ba-bi-bu merasa bersalah. Anyway, sesuai pasal 78 di PSSI Code of Conduct, memang sanksi akan ditentukan oleh Komite Disiplin PSSI termasuk konsekuensinya yaitu pencekalan selama 6 bulan bermain di timnas maupun kompetisi resmi PSSI serta denda sebesar 100 juta rupiah. Namun walaupun nanti mereka bebas dari sanksi PSSI, tingkah polah mereka mementingkan urusan pribadi/klub diatas kepentingan bangsa akan dicatat di sejarah sepakbola Indonesia.

[caption id="attachment_210138" align="aligncenter" width="300" caption="sumber: google"]

1353273550711788590

[/caption]

Sebagai penutup, apabila para pembangkang itu sempat melihat tulisan ini, ingin saya katakan bahwa  “Menjadi bagian dari Timnas adalah anugrah dan bukan hak. Ketika banyak pemain ingin mendapatkan anugrah itu, maka menjadi hak anda ketika anugrah itu menyapa anda namun anda memilih tidak bergabung di timnas dikarenakan anda menempatkan hasrat pribadi /klub diatas kepentingan bangsa. Akan tetapi, bila itu yang menjadi pilihan anda, tidak sepantasnya anda nanti melontarkan berbagai alasan bahkan setitikpun jangan mengeluarkan keluhan, karena apabila itu anda lakukan, berarti benar asumsi kami bahwa anda memang tidak pantas masuk dalam pemain-pemain yang mendapatkan anugrah untuk membela panji-panji ibu pertiwi”.

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline