Lihat ke Halaman Asli

Harakirinya Jepang yang Harus Kita Pelajari

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kebudayaan besar, dan negara yang sangat bangga dengan kebudayaanya,  mungkin hanya jepang yang sampai sekarang berhasil mempertahankan apa yang pernah di wariskan oleh para pendahulunya, mulai dari budaya berpakaian yang sampai sekarang masih terus di berdayakan oleh masyarakatnya, dan bahkan bisa meluas di kenal ke berbagai negara yang lainnya, seperti kimono, waraji, jika tabi, deta dan lain sebagainya dan salah satu budaya jepang yang menurut saya sangat ekstrim adalah Harakiri atau seppuku.

Harakiri adalah salah satu budaya yang sampai sekarang masih sangat masyhur di kenang dan di bawakan di setiap pagelaran teater, atau bahasa lainnya adalah seppuku. Harakiri adalah ritual yang biasa di lakukan oleh para kesatria samurai yang dengan sengaja menusukkan pedangnya yang berukuran sekitar 30 cm untuk merobek-robek semua isi perutnya, ritual ini di lakukan untuk mengembalikkan kembali nama baik dari sang ksatria yang telah melakukan kesalahan fatal, atau merasa malu dengan kegagalanya dalam menangani atau melaksanakan sesuatu, atau kata kasarnya adalah Harakiri itu adalah ajang bunuh diri yang biasa di laksanakn karena sebagai rasa pertanggung jawaban atas perbuatanya.

Harakiri bukanlah ritual biasa yang secara sepontan bisa di lakukan kapan saja, namun seperti ritual umunya, ksatria samurai  yang hendak melakukan harakiri harus mempersiapkannya dari hari sebelumnya, karena sang ksatria harus sudah menemukan seseorang yang akan menjadi asistenya yang nanti di tugaskan untuk memenggal kepalanya ketika nanti sang ksatria mengeluh, apalagi menjerit kesakitan, karena sarat dari kesuksesan harakiri adalah sang ksatria harus menusuk dan merobek perutnya dengan tanpa mengeluh sama sekali, karena ritual ini adalah ritual penyucian nama baik, sehingga sang pelaku harus benar-benar sudah siap dan berani. Dan yang lebih mengerikannya lagi adalah tata cara merobek isi perutnya itu di dasari dengan besar kecilnya kesalahan yang di lakukan oleh sang pelaku, kalau kesalahannya kecil maka pisau khusus yang sudah di siapkan itu di tusukkan ke tengah, di bagian bawah pusar,  lalu pisau di arahkan kekiri dan dilajutkan merobek perut menuju arah kanan, namun jika kesalahan  itu sangat besar maka setelah perutnya sendiri  itu di tusuk lalu perut itu di robek-robek baik dari arah kiri ke kanan atau kanan ke kiri, atau dari atas ke bawah dan sebaliknya, seperti kisah seorang samurai yang bernama Saigo Takamori, yang hidup pada Zaman Edo akhir mendekati era Meiji (1827-1877). Saigo Tkamori adalah pemimpin pemberontakan terhadap pemerintah. Dalam peperangan yang dikenal dengan pemberontakan setsuma, Saigo kalah dalam pergolakan akhirnya menghabisi hidupnya dengan cara harakiri, dan dengan harakiri ini nama seseorang akan kembali di hormati sekalipun ketika masih hidupnya melakukan berbagai kejahatan.

Kalau kita melihat dari dari sisi lainnya, bahwa ritual harakiri adalah ritual yang sudah lama berkembang di jepang, yang dengan budaya atau ritual tersebut dapat menjadikan watak masyarakatnya menjadi watak yang bertanggung jawab, memiliki keberanian yang tinggi, dan memiliki segudang kesetiaan kepada tuan atau negaranya, maka tidak tabu lagi ketika dua kota jepang itu di bombardir yaitu hirosyima dan nagasaki , jepang dengan cepat kilatnya berhasil  langsung bangkit kembali menyongsong kehidupan yang barunya.

Keberanian yang tinggi  yang di emban oleh para ksatria jepang, sehingga menjadikan mereka seperti benteng  yang pernah di buat oleh kaisar Dzulkarnaen ketika memenjarakan ya’juz ma’juz, begitu kuat dan sulit untuk di tembus, dan keberanian itu tampak sekali ketika jepang mengalami peperangan yang sangat sengit dengan Amerika, sehingga ketika itu para pilotnya dengan senang hati mengakhiri hidupnya dengan menabrakan pesawatnya di gedung pertahanan Amerika, pearl harbor, yang di istilahkan dengan Kamikaze, Atau Harakiri model lain.

Dan seyogyanya harakiri itu adalah sebagai ungkapan perminta maaf atas kegagalan dalam menjalankan printah tuannya, karena dengan perintah tersebut menjadikan mereka merasa memiliki tanggung jawab yang sangat besar, sehingga mereka berpikir, lebih baik mati dengan bunuh diri dari pada tidak bertanggung jawab, dan juga dari sini pun kita bisa mengetahui betapa kesetiaan yang ada pada diri para ksatria itu sangat lah tinggi.

Mungkin ini salah satu alasan yang menjadikan jepang sebagai  negara yang kuat dan tangguh baik dari segi ekonominya, kemilitrennya dan lain segalanya, berbeda sekali ketika kita melirik sejenak apa yang selalu di lakukan oleh masyarakat kita ini, mari sedikit saja kita membicarakan para koruptor yang katanya baik hati itu, akan kah ada dalam benaknya rasa tanggung jawab yang sangat besar dalam mengemban amanah rakyat,  sehingga dalam menjalankan tugasnya itu tak ada satu pun yang mengecewakan, kalaupun ada beranikah mereka untuk mempertanggung jawabkannya, paling tidak dengan mengundurkan diri dari jabatanya.

Jangankan tanggung jawab, kesetiaan terhadap tuan yang memberikan amanah kepadanya untuk mewakili suara rakyat  saja  mereka tdak melakukkannya, mungkin itu salah satu alasan negri kita ini tak maju-maju, makannya hanya dengan memulai dari diri sendirilah, suatu saat nanti kita akan mampu untuk menciptakan masyarakat yang mengerti akan makna tanggung jawab.

Memang benar, ritual harakiri seperti ini tak akan bisa dilaksakan di negri kita ini, karena sangat bertentangan sekali dengan syariat Islam yang kita telah yakini, namun nilai-nilai filosofisnya ini yang perlu kita tiru, sebetulnya bukan kita saja, namun tepatnya adalah para wakil rakyat yang telah di tugaskan untuk mewakilkan masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya. Dan ini yang saya dapat tulis dari film Harakiri yang tadi saya tonton, dan tentunya di bantu dengan pencarian pencarian tambahan yang ku lakukan, dan aku sangat mengharapkan sekali,  bagi semua pembaca yang telah membaca apa yang saya tulis ini, dengan sangat saya tunggu kritikan dan masukkannya.

*Baca coretan saya yang lainnya yah..

* Aku menulis ini hanya sebagai ajang belajar untuk mengungkapkan setiap hal yang pernah  ku ketahui, tentunya dengan menulis, karena menulis adalah ajang bagiku untuk merekam hidup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline