Indonesia merupakan negara dengan banyak pulau dan suku, yang setiap suku atau daerah memiliki mitos tersendiri yang dipercaya oleh masyarakat setempat, dan sudah ada sejak dulu zaman nenek moyang.
Mitos adalah legenda yang mengandung kebijaksanaan, pengalaman, dan nilai budaya. Metode pengajaran budaya bisa melalui beberapa cara seperti kebiasaan a sehari hari yang mempunyai pesan moral sudah dilakukan sejak ribuan tahun lalu, kebiasaan yang sama diteruskan dari generasi ke generasi dan mengalami distorsi dalam penyampaiannya sehingga tidak lagi dapat diketahui kebenarannya (Angeline, 2015)
Sedangkan local genius adalah sebagai pencipta kebudayaan pribumi yang memiliki konsep budaya suatu sistem yang mencakup berbagai dimensi kehidupan masyarakat bangsa Indonesia. Salah satu faktor penggeraknya adalah ethos, yang dipandang sebagai suatu faktor yang meresap dalam kompleksitas kebudayaan sehingga dapat menciptakan suatu koherensi antar berbagai unsur, yang selanjutnya menjiwai kebudayaan tersebut dan menimbulkan struktur tersendiri dengan membentuk identitas tersendiri pula (Lestari, 2000)
Sehingga dapat dikatakan jika beberapa mitos atau kebudayaan yang ada di Indonesia memiliki local genius tersendiri yang berbeda dengan daerah lain, kali ini saya akan membahas tentang mitos bermain beras bisa membuat tangan kiting
Sumber foto : https://www.merdeka.com/
Bermain beras dapat membuat tangan kiting, ini merupakan mitos yang beredar di Jawa khususnya di daerah Malang, Jawa Timur.
Mitos ini sudah beredar sejak lama dan orang tua sering mengingatkan kepada anak anaknya untuk tidak bermain beras karena bisa membuat tangan kiting atau tangan menjadi tumpang tindih, hal ini tentu membuat anak anak takut tangannya akan menjadi kiting atau kurang sempurna
Dengan beredarnya mitos tersebut membuat masyarakat tidak memainkan beras karena percaya bisa membuat tangan kiting, mitos ini juga memiliki makna dibaliknya karena saat kita memainkan beras kita tidak tahu tangan kita tersebut bersih atau tidak, sehingga bisa membuat beras tersebut kotor dan jika dimakan bisa saja membuat sakit
Rujukan
Angeline, M. (2015). Mitos dan Budaya. Humaniora, 6(2), 190. https://doi.org/10.21512/humaniora.v6i2.3325