Lihat ke Halaman Asli

Terpancar Kegelisahan di Seluruh Penjuru Negeri

Diperbarui: 9 Juli 2021   23:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

TERPANCAR KEGELISAHAN DI SELURUH PENJURU NEGERI

Pixabay.com

 Oleh: Nizan Solehudin

 Seperti biasa secara pribadi ketika hendak menulis sebuah opini yang dibuat ini, referensi saya dalam menuliskan sebuah tulisan selalu berangkat dari hasil analisis dan fakta empiris yang dilihat dalam kehidupan sehari-hari baik itu dalam lingkungan sekitar langsung, atau dalam media sosial yang memberitakan permasalahan yang muncul di negeri tercinta kita ini. Lantas apa yang terjadi dalam negeri tercinta ini, yang seakan-akan terpancarnya kegelisan serta kecemasan yang timbul dalam pribadi manusia Indonesia saat ini, tentu bukan tanpa sebab pasti ada hendak yang ditakutkan dan dicemaskan, sehingga membuat masyarakat Indonesia hari ini ditempa banyak pikiran yang menganggu kesehatan serta mental manusia Indonesia. Sudah menjadi rahasia umum bahwa permasalahan kita hari ini auto kompleks, karena setiap lini kehidupan kita mempunyai permasalahannya sendiri-sendiri. Untuk sekarang yang masih menghantui kita mengenai covid-19 yang sudah berlangsung 1 tahun lebih sampai hari ini belum selesai, bahkan semakin bertambah kematian dan sebagainya akibat ini. Akibat dari wabah ini kita sama-sama mengetahui berakibat kepada kehidupan kita mulai dari ekonomi, politik, sosial, dan pendidikan, sebetulnya masalah tersebut tidak diakibatkan oleh covid-19 semata. Karena masalah-masalah yang disebutkan diatas sudah sejak lama pun terjadi di Indonesia, maka kalo saya boleh berargumen adalah wajar apabila manusia Indonesia hari ini ditempa oleh kegelisahan dan kecemasan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

 

Dari kelima point yang saya sebutkan mempunyai relasi dengan covid-19 ini, karena segala aktivitas yang menjadi konsep dari lima point diatas terbatasi atau dicegah atas dasar preventif mengenai covid-19 ini. Pertama saya meyakini bahwa masyarakat indonesia percaya dan takut mengenai bahayanya covid-19 ini, karena terbukti banyak yang meninggal akibat dari virus ini, sehingga wajib bagi kita saat ini untuk menjaga diri. Namun, dalam tulisan kali ini saya ingin mendeskripsikan apa yang ada di kepala masyarakat Indonesia yang tidak mempunyai kekuasaan atau pekerjaan yang diakui oleh negara seperti PNS, dan ASN lainnya. Di satu sisi mereka menakuti virus ini ketika banyak aktivitas diluar lingkungan atau rumah, namun sekaligus mereka juga tidak ingin keluarganya mati karena kelaparan, banyak pernyataan ini dilontarkan oleh beberapa orang yang dialog dengan saya pribadi. Sampai disini saya ingin mengatakan bahwa masyarakat Indonesia dihadapkan pada kontradiksi, tentu kedua hal ini merupakan sesuatu kebutuhan primer untuk masyarakat. Bahkan masyarakat Indonesia yang hanya pedagang dan sebagainya, dipaksa untuk stop dalam berkegiatan ekonomi, pertanyaan saya hari ini ketika mereka berhenti bekerja lantas apa konsep negara dalam memberikan proteks terhadap masalah ini. Alih-alih kita ingin masyarakat sehat, bila mereka tidak punya uang dan tidak ada makanan di rumahnya, apakah utopia kita mengenai KESEHATAN akan terlaksana?

 

Kedua saya menyadari bahwa negara sudah melakukan banyak hal untuk menanggulangi permasalahan ini, namun kita juga harus melihat akibat masalah ini sampai lapisan paling bawah, jangan berdasarkan data statistik dan yang lainnya. Karena pernyataan diatas merupakan fakta yang dialami langsung, yang merupakan bahan kajian para pengambil kebijakan hari ini, bahkan kehidupan politik pun tidak tahu akan kemana arah serta tujuannya, karena kita fokus kepada virus ini, padahal kalau tata kehidupan politik baik, sebetulnya ini juga bisa ditanggulangi dari awal. Karena yang kita lihat kekacauan yang ada dengan banyak nya korupsi dan perdebatan-perbedabatan yang kurang menyentuh kehidupan masyarakat secara real. Namun, entahlah mungkin ada sesuatu yang indah yang hendak akan di lakukan. Ketiga kehidupan sosial dan budaya kita terganggu mengenai covid 19 ini kebiasaan-kebiasaan yang sering dilakukan dengan orang-orang tercinta, dengan  berat hati harus ditunda, berjalan-jalan untuk liburan untuk melepaskan penat. Terakhir wabah covid-19 ini berdampak kepada proses pelaksanaan pendidikan, walaupun pendidikan ditinjau secara praktis bisa dilakukan dalam jaringan yang dilakukan saat ini. Namun, memang kalau ditinjau secara filosofis sebagian ruh pendidikan hilang, dengan tidak adanya sentuhan kasih sayang dan memelihara stabilnya mental dan jiwa peserta didik hari ini, karena itulah esensi dari pendidikan kalau meminjam istilah Ki Kajar Dewantara yaitu ing ngarso sung tuladha yang artinya pendidik memberikan teladan dengan nilai-nilai kehidupan yang berkolerasi dengan pembelajaran untuk peserta didik mempunyai pemahaman yang baik dan benar ing madya mangun karsa yang artinya pendidik menjadi mentor untuk terciptanya potensi yang dapat dikembangkan oleh masing-masing peserta didik dengan maksimal Tut wuri handayani yang artinya pendidik menjadi pendorong bagi peserta didik agar mempunyai tanggung jawab agar dapat menjadi pembelajar secara terus dan tuntas, untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setelahnya. Dalam keadaan saat ini hal tersebut tidak tercipta, karena situasi dan keadaan memaksa kita untuk senantiasa adaptif dengan keadaan yang terjadi, ini juga bisa menjadi faktor bila nanti terdapat masalah-masalah baru dalam pendidikan.

 

Saya hanya mengkhawatirkan akan seperti apa kehidupan masyarakat kita ke depan, bila masalah yang didepan mata kita masih berkelanjutan, tapi bila memang demikian saya sendiri meyakini akan terjadinya kegilaan, stres, dan sebagainya yang berkaitan dengan psikologis akibatnya pikiran-pikiran yang ada di masyarakat Indonesia. Sakit  jiwa dan mental manusia mempunyai andil besar dalam keberlangsungan kehidupan, dari pada sekedar sakit yang bersifat jasmaniah. Manusia cenderung akan potensial menjadi gila dan terganggu secara psikologis, apabila mereka menghadapi suatu keadaan yang ditangkap oleh jiwa dan mentalnya, karena banyaknya pikiran dan sebagainya. Saya melihat situasi hari ini pun demikian indikatornya macam-macam yang dipaparkan diatas, walaupun mayoritas hari ini saya menyepakati bahwa permasalahan paling penting adalah soal kesehatan dan ekonomi yang menjerat masyarakat kita. Maka langkah selanjutnya hal konkret yang perlu dilakukan setidaknya membantu masyarakat, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, bila kita pasif dan tidak melakukan apapun, dengan sendirinya akan terjadi kegilaan dan bunuh diri pun suatu kemungkinan. Terakhir saya hanya ingin mengatakan bahwa iman merupakan sesuatu yang menemani pengharapan, pengharapan tanpa iman mustahil adapun pengharapan tanpa iman tidak mempunyai dasar. Keyakinan dan pengharapan yang harus kita pegang, semoga berpihak kepada kita selaku manusia beriman yang mempunyai Tuhan, serta mempunyai pengharapan akan bangsa menjadi lebih baik kedepannya sejahtera adil dan makmur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline