Lihat ke Halaman Asli

Nizamuddin Sadiq

Pendidik yang terus belajar sepanjang hayat

Bukan Keterampilan Mengemudi, tetapi Budaya Berlalu Lintas

Diperbarui: 17 Maret 2017   21:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Agar dapat mengendarai kendaraan pribadi, dalam hal ini mobil, di Inggris maka seseorang diharuskan memiliki SIM (Surat Ijin Mengemudi), full license. Meskipun ada jenis SIM lain yakni provisional license, jenis SIM ini hanya dipergunakan oleh orang yang sedang belajar nyetir atau yang baru saja bisa nyetir dan harus didampingi orang yang sudah punya SIM full license minimal dua tahun. Maka untuk bisa nyetir mobil sendirian, SIM full license adalah keharusan.

Untuk mendapatkan SIM full license secara procedural tidaklah terlalu sulit, hanya melalui dua tahapan pertama ujian teori dan kedua ujian praktik. Ujian teori berupa ujian tulis dan soalnya berbentuk teori-teori dalam berkendaraan. Jika sudah lulus ujian ini maka bisa mengajukan ujian praktik. Sebelum ujian praktik biasanya harus melewati dulu uji kompetensi menyetir melalui sekolah-sekolah menyetir. Setelah dievaluasi oleh instruktur maka aka nada penilaian bahwa yang bersangkutan harus kursus dulu berapa jam. Kalau sudah layak umumnya satu jam saja sudah cukup. Kalau dirasa kurang layak maka jam kursusnya beragam tergantung keterampilan menyetir orang tersebut. Setelah menjalani proses ini baru apply untuk tes praktik.

Tes praktik harus dilakukan sendiri. Tidak ada calo di sini. Dan tidak ada kongkalingkong dengan penguji. Asyiknya, ujian langsung dilakukan di jalan raya sungguhan, layaknya kita berkendaraan. Bukan dengan simulator atau bukan pula dihalaman kantor polisi. Selain harus dilakukan sendiri semua proses dibayar berbeda, bukan paket. Jadi, ada biaya ujian tes teori. Kalau tidak lulus bayar lagi, tes lagi. Uji kelayakan nyetir juga bayar. Besar kecilnya bayaran tergantung jam kursusnya. Terakhir tes praktik juga bayar. Kalau di total dengan asumsi tes dilakukan sekali maka biayanya sekitar 400 hingga 500 poundsterling.

Sehingga tes SIM benar-benar harus dipersiapkan, sudah tidak ada calo, biayanya mahal lagi. Kalau tidak lulus dan harus mengulang, semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan. Tetapi yang menarik justru tes praktiknya. Dalam tes praktik ini, penilaian bukan ditetitik beratkan kepada kemahiran berkendara tetapi lebih kepada sejauh mana budaya berkendaraan di jalankan. Sebagai contoh, untuk berputar di bunderan (raoundabout) ada tata cara yang harus diikuti. Prosedur inilah yang menjadi semacam budaya dalam berkendaraan. Tidak boleh sembarangan. Jika ada satu prosedur yang tidak dijalankan maka akan menjadi penilaian buruk dan boleh jadi akan tidak lulus ujian.

Contoh lain misalnya, ketika belok dari jalan utama ke jalan kecil, atau sebaliknya berbelok dari jalan kecil ke jalan utama. Prosedurnya agak sedikit berbeda. Mana kendaraan prioritas yang harus didahulukan, mana yang tidak. Demikian pula ketika melewati tempat orang menyeberang, pengemudi wajib mendahulukan pejalan kaki. Kalau asal main sikat saja, juga berakibat tidak lulus.

Selain itu pengemudi juga harus sangat peka dengan marka jalan terutama dengan tanda kecepatan kendaraan. Ada jalan yang harus 30 mile per hours, ada yang 40, 50 bahkan 70 miles per hours (1 mil kira2 1.6 km). Jika karena sesuatu hal mobil kita menyebabkan distraction (gangguan), maka kita bisa dilaporkan ke polisi. Tetapi sangat beruntung di Inggris tidak ada polisi yang suka mencegat kendaraan di jalan lalu menanyakan SIM. Polisi akan bertindak jika ada kasus, baik itu distraction atau accident (kecelakaan). Sepanjang tidak ada hal-hal penting lain, maka polisi tidak akan melakukan razia kendaraan. Tetapi jangan sekali-kali berurusan dengan polisi. Jika berurusan dengan polisi yang terbayang adalah fine alias denda, mulai dari £25 sampai ribuan poundsterling.

Sehingga, budaya berkendaraan menjadi sangat penting. Tidak ada terdengar klakson (kecuali untuk kasus-kasus tertentu) di jalan. Jarang pula ada kendaraan yang mendahului di tengah kota. Intinya, orang menjadi nyaman karena masing-masing sudah menjalankan prosedur/budaya berkendaraan.

Meskipun demikian, ditengah orang-orang yang sudah berperadaban tentu saja ada pula orang-orang yang suka tidak patuh dengan peraturan. Dan ini jamak di belahan dunia mana saja. Ada orang baik, ada pula orang jahat. Mungkin karena banyak pendatang maka budaya berkendaraan menjadi terkontaminasi. Kalau ada yang suka membunyikan klakson – ini tanda bahwa orang tersebut tidak suka atau marah, atau tidak sabra untuk mendahului maka dipastikan umumnya bukan penduduk asli tetapi pendatang.

Dan ini menjadi tantangan masyarakat yang sudah maju ini, tetap teguh dalam menjalankan budaya berlalu lintas atau kembali ke hukum rimba. Siapa kuat dia menang. Setidaknya, saya pernah merasakan nikmatnya situasi di jalan raya bukan karena kemahiran berkendara melainkan santunnya budaya berlalulintas.

Spring, Hartley Library, UoS.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline