Lihat ke Halaman Asli

Hidup Adalah Pilihan Tapi???

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hidup adalah karunia terindah bagi manusia. Bagaimana tidak, setiap orang amat sangat takut dengan si mati alias tidak hidup. Berkembanglah berbagai ilmu kedokteran baik tradisional maupun modern untuk mewadahi perpanjangan hidup manusia. Jika ada orang yang rela menghabisi hidupnya, sebenarnya adalah karena ia sendiri amat kesal tak menemukan keberhargaan hidup.

Hidup tiap manusia sebab sangat berharganya dilindungi dengan HAM. Diakui internasional meski kadang hanya basa basi belaka. Negara-negara tertentu bahkan sampai memanusiakan hewan namun di lain sisi nyawa manusia dianggap seperti hewan. Manakah yang menghargai hidup? Yang jelas yang memanusiakan hewan atau menganggap manusia hewan semua ingin dihargai hidupnya.

Demi perlindungan yang sedemikian kuatnya, maka banyak manusia berdalih hidup adalah pilihan, dan kita terserah mau memilih untuk seperti apa. Benarkah itu? Tidak sepenuhnya, sebab setiap manusia diikat oleh peraturan. Tidak ada hidup tanpa norma di dunia ini meski di tengah hutan. Jika kita melihat alam, mereka flora dan fauna yang tak berakal layaknya kita ternyata lebih taat norma. Tidak ada kelelawar yang ingin berkeliaran siang, harimau tidak mencicipi jagung, begitu pula kambing tak pernah ingin balas dendam dengan makan daging harimau. Mereka semua taat norma alam. Manusia berakal seperti kita yang memiliki kebebasan memilih dan bertindakpun harus taat pada norma. Apakah tidak malu dengan binatang yang tak berakal tapi taat pada norma tanpa pengawasan, sedang kita dengan seenaknya masih melanggar norma dengan alasan hidup adalah pilihan?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline