Lihat ke Halaman Asli

“SESAMA” Untuk Penderita Prediabetes

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Auditorium Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (UI) pagi itu terlihat penuh. Orang-orang dari berbagai kalangan—dan berbagai usia—terlihat sibuk mencari tempat untuk duduk. Yang masih diluar, terlihat setengah berlari menuju meja pendaftaran, lalu bergegas masuk ke auditorium, seperti tidak mau ketinggalan. Selasa (20/11) pagi itu, akan diadakan sidang disertasi Hotma Rumahorbo, salah satu dosen Akademi Perawatan (Akper) Bandung mengenai penelitiannya yakni model pemberdayaan “SESAMA” sebagai upaya untuk mengendalikan kadar glukosa darah penyandang prediabetes

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia sebagai akibat defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya aktivitas biologis insulin atau keduanya (Smeltze & Bare, 2007). Defisiensi fungsi dan sekresi insulin akan diawali dengan terjadinya Prediabetes yang merupakan prakondisi Diabetes. Dalam perkembangannya, dari pasien Prediabetes akan menjadi Diabetes Melitus tipe 2 (DMT2) dalam waktu 3-5 tahun (Pengurus Besar persatuan Diabetes Indonesia (Persadia), 2009), dan meningkatkan risiko absolute menjadi DMT2 sebesar 2-10 kali.

Diabetes merupakan faktor risiko berbagai penyakit penting seperti penyakit jantung koroner dan gagal jantung (Lipscomb, Finch, Brizendine, Saha, Hays & Ackerman, 2009) dan stroke (Bloomgarden, 2008). Di Indonesia, berdasarkan SKRT tahun 2005, penyakit jantung koroner dan stroke merupakan penyebab kematian terbesar.

Kemampuan penyandang Prediabetes dalam membangun perilaku melalui terbentuknya kemampuan pengelolaan diri merupakan kebutuhan yang mendasar bagi penyandang Prediabetes. Oleh karenanya, berbagai upaya dan pendekatan perlu dikembangkan. Hasil studi pendahuluan menujukkan pelayanan keperawatan oleh tenaga perawat secara langsung kepada penyandang prediabetes belum dapat dilaksanakan. Padahal, keperawatan sebagai pelayanan professional memiliki peran dan posisi strategis dalam mewujudkan masyarakat sehat melalui peran dan fungsinya dalam setiap upaya pelayanan kesehatan, baik yang bersifat preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Karena, membangun kemampuan perawatan diri merupakan bagian dari upaya prevensi dalam melindungi pasien dari penyakit diabetes.

Menurut penelitian yang dibangun oleh Hotma Rumoharbo, Prediabetes dapat dicegah melalui perubahan gaya hidup dalam membangun pola makan yang sehat dan seimbang serta membiasakan latihan fisik secara rutin dan teratur. Membangun gaya hidup penyandang prediabetes merupakan kemampuan self-care yang harus dimiliki pasien. Prediabetes self-management education (PSME) dan mentoring merupakan kegiatan yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kemampuan pengelolaan diri penyandang prediabetes. Keduanya dapat dilaksanakan secara sinergi oleh perawat—bekerja sama dengan kader dasawisma—dan penyandang prediabetes dalam model bangunan segitiga yang disebut oleh Hotma sebagai segitiga kerjasama (SESAMA).

Model pemberdayaan “SESAMA” menunjukkan, satu pola hubungan dan kerjasama antara penyandang Prediabetes, kader dasawiswa dan perawat dalam meningkatkan kemampuan pengelolaan diri khususnya dalam memperbaiki pola makan dan pola latihan fisik. Kerjasama ini dibutuhkan untuk memperbaiki pola makan dan pola latihan fisik sebagai upaya mengendalikan kadar glukosa darah. Dalam model ini, perawat berperan sebagai fasilitator, kader dasawiswa sebagai monitor dan penyandang Prediabetes sebagai mentee.

Adapun dua kegiatan utama dalam model pemberdayaan “SESAMA” yaitu Prediabetes Self Management Education (PSME) dalam bentuk pelatihan dan mentoring atau pendampingan yang dilakukan oleh fasilitator bersama mentor terhadap mentee untuk membantu mentee meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam mengadaptasi perubahan gaya hidup sehari-hari.

Menurut Hotma, penelitian ini merupakan penelitian yang masih baru, dan baru kali ini bisa dibuktikan secara empiris, sistematis dan terstruktur karena dapat diawasi dari mulai pra pelaksanaan hingga evaluasi. Hotma mengharapkan, pemerintah, terutama Departemen Kesehatan, yang membiayai karena pada intinya, model ini melibatkan pemberdayaan dan melibatkan masyarakat luas sebagai salah satu fasilitator. Selain itu, Departemen Kesehatan selaku stakeholder, dapat menggunakan model ini dengan baik. Seperti menambahkan fasilitator yakni perawat supaya pesannya dapat lebih tersampaikan ke masyarakat luas.

“Karena seperti yang kita ketahui, jumlah perawat dan banyaknya penderita Prediabetes di Indonesia jumlahnya sedikit sekali. Mereka lebih banyak menangani masalah teknis, seperti mengobati, bukannya kembali pada tugas perawat pada mulanya yakni menjadi fasilitator, menjadi orang yang memberikan ilmu kepada masyarakat,” ujar Hotma saat sidang.

Model pemberdayaan “SESAMA” ini awalnya dijadikan bahan penelitian oleh Hotma, dengan mengambil kawasan Cimahi sebagai samplenya. Hotma menilai, kawasan Cimahi merupakan kawasan yang heterogen karena manusia dari berbagai golongan dan pekerjaan dan status berkumpul disana. Ketika ditanyakan mengenai masalah kesesuaian model “SESAMA” ketika dipraktekkan di tempat selain Cimahi, Hotma optimis hal tersebut bisa dilakukan.

“Hal itu bisa saja dilakukan, asalkan sebelumnya telah melakukan riset atau kajian ke lapangan atau tempat yang hendak dituju,” Hotma menjelaskan tentang kesesuaian modelnya dengan tempat-tempat lain diluar Cimahi.

Efektivitas intervensi model “SESAMA” terhadap pola latihan fisik penyandang Prediabetes menunjukkan hasil yang bermakna dengan peningkatan pola latihan fisik sebesar 29 kali. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya pengaruh usia terhadap pola latihan fisik. Model “SESAMA” efektif dalam mengendalikan kadar glukosa darah penyandang Prediabetes dengan menurunnya kadar glukosa darah penyandang Prediabetes sebesar 5,734 mg/dL. Model ini juga dapat digunakan untuk menangani berbagai permasalahan kesehatan, khususnya yang disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang dan latihan fisik yang tidak rutin dan teratur, seperti pada hipertensi dan gangguan jantung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline