Cmiiww...
Mie instan andalan anak-anak muda kelaparan di tanggal tua, utamanya ketika ngekos-kontrakan-perantauan-mendaki gunung-di atas kapal-di atas udara pun nggak perlu repot ngliwet segooo..,, Siapa sih yang berani-beraninya naikin harga makanan sejuta ummat ini?
Berjalanlah sepanjang trotoar, warung-warung pinggir jalan-kaki lima atau kaki beton restoran bintang lima sekalipun, ada mie instan. Di toko kelontong, anak-anak berlarian 'unthul-unthul-unthul' membawa dua ribu perak teriak "Mbok, mie gemez satuu!!" dapat mie, di kremus-kremus gemez ngegemezin, campurlah bumbu tanpa di masak terlebih dahulu. Itu halal dan sah-sah saja. Asal bungkusnya di buang di tong sampah 'Non Organik'
Sambil menonton televisi atau youtube, makan mie instan ceplok telur bertabur bawang goreng adalah andalan untuk menghangatkan suasana keluarga. Tapi ketika melihat kabar tentang rencana naiknya harga mie instan, membuat saya lebih baik biasakan makan mie instan pakai nasi. Biar ngirit rit asal kenyang.
Kesuksesan tidak ada yang instan
Mie instan aja butuh proses agar bisa dimakan
Kamu team bumbu dulu, atau mie dulu?
Seperti orang jawa post-modern hari ini yang punya asas tak tertulis "Kalau belum makan nasi, itu belum makan!"
Teori rencana naiknya harga mie gegara perang rusia-ukraina, tampaknya tidak akan pernah menghentikan kebiasaan orang indonesia makan mie instan. Mau membatasi kuota impor gandum, atau alternatif sorgum untuk bahan baku mie seperti program yang diusulkan agrikultur indonesia, mie tetap harus ada di warung tegal prasmanan.
Pasalnya, yang terpenting dari mie instan adalah : Bumbunya!