Scene 1 : Marbles
Seutas benang putih melayang di udara malam, tertiup angin lalu menempel di bahu seorang lelaki yang berjalan menggandeng istrinya. Lampu temaram menerangi mereka berdua melewati gang demi gang dalam perjalanan menuju rumah. Derik jengkerik, cicit tikus yang lewat, mereka abaikan dengan tawa membahana.
"Film tadi bagus sekali Harry, jarang kita punya kesempatan berdua seperti ini" ujar Reyna, istri sang lelaki.
"Yeah" alis sang lelaki terangkat. "Semenjak lahir si kecil Robin, belakangan ini kita sibuk mengasuhnya. Kerjaan di kantor juga menumpuk kemarin, sekarang tak seperti dulu waktu kuliah"
"Dulu, kau gigih sekali mempersiapkan pernikahan kita. Meski waktu tak selonggar dulu, tapi kini kubisa menikmati waktu bersamamu dan si kecil Robin setiap hari, ini saat terindah dalam hidupku sayang"
"Kau selalu manis, sayang" Harry sang lelaki, mencubit pipi Reyna. "Pipi tembem si kecil Robin mungkin darimu"
"Apaan sih kau.." Reyna balas mencubit lengan Harry. Mereka tertawa.
Sepatu Harry menginjak sesuatu. Puluhan kelereng ada di bawah kakinya. Ia perhatikan mulai dari sini, ada butir kelereng tiap selangkah ia berjalan. Ia tengok belakang, tak ada kelereng yang tersebar. "Apa ini?" Harry dan istrinya lalu mengikuti alur butiran kelereng yang mengular. Setiap butirnya terdapat bercak merah yang menggumpal hitam.
Dari belakang mereka, mendekat dua lelaki berseragam dengan langkah tergesa. Harry berhenti. "Ada apa pak?"
"Malam sir, maaf mengganggu waktu anda. Apa kalian melihat seseorang lewat sini? Kami dari kepolisian sedang mengejar seorang penjahat yang kabur setelah ketahuan mencuri di Golden Rose, Avenue Street"
Harry menggeleng. "Kami tak melihat siapapun sekitar sini, namun kami menemukan hal yang mencurigakan sir" dia menunjuk butiran kelereng yang mengular sepanjang jalan. Salah satu polisi mengambil satu kelereng. Setelah mengamatinya seksama, dia mengangguk. "Oke, kita ikuti kelereng ini sampai kemana"