Akhir pekan adalah waktu yang ditunggu oleh semua orang. Akhir pekan cukup identik dengan keinginan untuk menghabiskan waktu bersama orang-orang terdekat, seseorang spesial, atau mungin orang-orang yang memang menjadi prioritas Anda, inijuga berlaku untuk saya tentunya. Akhir pekan saya, cenderung saya dedikasikan pada kategori terkahir.
Ya, yaitu untuk orang-orang yang menjadi prioritas saya. Spesifiknya, keluarga. Jika berbicara soal keluarga, tentu masih ada bagian lebih detail lagi. Keluarga mana yang dimaksud? keluarga inti? keluarga besar? apa bisa keduanya saling berhubungan dan pada akhirnya menciptakan suatu kehangatan keluarga? Terkadang kita membutuhkan dan perlu menciptakan momen tersendiri untuk dapat memperoleh kehangatan itu. Tapi tidak menutup kemungkinan kehangatan keluarga terasa dengan intensitas yang berbeda di waktu yang tidak terduga.
Saya menghabiskan suatu akhir pekan dengan menonton salah satu film kartun Indonesia pada bulan Desember dengan adik sepupu saya yang duduk di bangku SD (Sekolah Dasar). Kami menonton di salah satu pusat perbelanjaan di kawasan BSD (Bumi Serpong Damai). Saat iklan masih berjalan, tiba-tiba adik sepupu saya berbisik,
"Aku mau coklat dong", katanya.
"Coklat? Oke nanti di supermarket bawah ada kok coklat. Kita beli ya" sambil berpikir, saya menjawab.
"Bukan. Itu loh, kue coklat yang waktu itu. Enak", jawabnya smabil menggelengkan kepala.
Saya terdiam kembali, berpikir kue coklat apa yang dimaksud. Saya mencoba mengingat. Ternyata, kue coklat yang adik sepupu saya maksud adalah kue coklat yang pernah saya buat waktu adik sepupu saya berkunjung ke rumah beberapa bulan yang lalu.
Pernahkah Anda mendengar bahwa anak kecil memiliki kecenderungan untuk bersikap jujur tanpa rekayasa. Jika seorang anak kecewa, dia tak akan malu menunjukkan kekecewannya. Jika sedih, dia tidak segan untuk menangis. Jika senang, dia akan tertawa bahagia menyesuaikan dengan keadaan. Sama hal-nya dengan suka dan tidak suka seorang anak pada suatu hal, anak akan sesederhana mungkin mengikuti kata hatinya.
Pada saat itu, ada rasa hangat dengan intensitas yang berbeda yang saya rasakan. Kehangatan itu muncul tanpa perlu diciptakan. Effortless. Fakta bahwa adik sepupu saya yang masih SD itu mengingat rasa kue coklat buatan tangan saya, dan meminta kembali untuk dibuatkan sungguh membuat saya tersenyum. Bahagia itu sederhana, kata pribahasa. Kehangatan keluarga yang saya alami saat itu mungkin dapat saya golongkan sebagai bahagia yang sederhana versi saya.
Berbicara tentang kue coklat yang kini menjadi favorit adik sepupu saya, ada cerita tersendiri dibalik kue coklat buatan saya itu. Jujur, saya baru menyadari bahwa makanan memang menjadi perekat dan penghangat dengan keunikan tersendiri, sejak tiga tahun terkahir ini.
Jika Anda pernah melihat iklan memvisualisasikan makan bersama dapat menciptakan hubungan yang lebih dekat antar individu dan individu lainnya, proses memasak adalah justru yang memilki tempat tersendiri bagi saya. Singkatnya, saya membangun hubungan yang lebih dekat secara emosional dengan Ibu saya melalui proses memasak. Betul, ternyata dapur menjadi tempat kami saling bercerita dan bertukar pikiran.