Pengertian Green Chemistry
Green chemistry merupakan kajian di bidang kimia yang relatif baru yang memfokuskan kajiannya pada penerapan sejumlah prinsip kimia dalam merancang menggunakan atau memproduksi bahan kimia untuk mengurangi pemakaian atau produksi bahan berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan mahluk hidup dan pelestarian lingkungan.
Sejarah Green Chemistry
Green chemistry awalnya dikembangkan sebagai respons terhadap Undang-Undang Pencegahan Polusi tahun 1990, yang menyatakan bahwa kebijakan nasional AS harus menghilangkan polusi dengan memperbaiki desain (termasuk perubahan produk, proses, penggunaan bahan mentah, dan daur ulang yang hemat biaya) bukannya pengolahan dan pembuangan. Green chemistry adalah proses kimia yang tidak melibatkan penggunaan zat berbahaya. Penerapan green chemistry atau kimia hijau dimulai tahun 1991 saat United States Environmental Protection Agency ( US EPA) meluncurkan program penelitian jalur sintesis alternatif untuk mencegah polusi.
Syarat Green Chemistry
Berdasarkan pengertian dan definisi tentang konsep green chemistry tersebut di atas, maka konsep ini dalam pembelajaran kimia dapat diterapkan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rashmi Sanghi (2003) dalam Nurbaity, 2011, pada sintesa senyawa organik dan prosesnya yang ramah lingkungan atau berorientasi green chemistry harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu:
- Menghindari limbah
- Efisiensi atom
- Menghindari penggunaan dan produksi bahan kimia yang beracun dan berbahaya
- Menghasilkan senyawa-senyawa dengan hasil yang lebih baik atau sama
- Dapat dibiodegradasi
- Mengurangi energi yang dibutuhkan
- Menggunakan bahan yang dapat didaur ulang
- Menggunakan katalis
Semua persyaratan ini dapat dipenuhi dengan konsep green chemistry, jadi dapat dikatakan bahwa green chemistry adalah proses kimia atau teknologi yang dapat memperbaiki lingkungan dan kualitas hidup.
Prinsip Green Chemistry
Prinsip-prinsip Kimia Hijau (Green Chemistry) dikembangkan oleh Paul Anastas and John Warner terkait dengan bahan kimia, proses, dan produk yang lebih hijau (lebih ramah lingkungan), dengan 12 prinsip yaitu :
- Prevention (pencegahan). Lebih baik mencegah timbulan limbah daripada mengolahnya.
- Atom Economy (ekonomi atom). Metode sintetis harus dirancang untuk memaksimalkan penggabungan semua bahan baku yang digunakan dalam proses menjadi produk akhir.
- Less Hazardous Chemical Syntheses (sintesis bahan kimia kurang berbahaya). Jika memungkinkan, metode sintetis harus dirancang untuk menggunakan dan menghasilkan zat yang memiliki sedikit atau tidak ada toksisitas/ potensi bahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
- Designing Safer Chemicals (merancang bahan kimia yang lebih aman). Produk kimia harus dirancang untuk mempengaruhi fungsi yang diinginkan sambil meminimalkan toksisitasnya.
- Safer Solvents and Auxiliaries (pelarut dan auxiliaries yang lebih aman). Penggunaan zat tambahan (misalnya, pelarut, zat pemisah, dll.) bilamana mungkin ditiadakan dan tidak berbahaya bila digunakan.
- Design for Energy Efficiency (merancang untuk efisiensi energi). Penggunaan energi dari proses kimia harus harus diminimalkan. Jika memungkinkan, metode sintetis harus dilakukan pada suhu dan tekanan rendah.
- Use of Renewable Feedstocks (penggunaan bahan baku terbarukan). Bahan mentah atau bahan baku harus dapat diperbarui daripada menghabiskan bahan yang tak dapat diperbarui, yang secara teknis dan ekonomis dapat dilakukan.
- Reduce Derivatives (mengurangi derivatif). Derivatisasi yang tidak perlu (penggunaan gugus pemblokiran, perlindungan / deproteksi, modifikasi sementara proses fisik / kimia) harus diminimalkan atau dihindari jika mungkin, karena langkah-langkah tersebut memerlukan reagen tambahan dan mengakibatkan pemborosan.
- Catalysis (katalisis). Reagen katalitik (seselektif mungkin) lebih unggul daripada reagen stoikiometri.
- Design for Degradation (desain untuk degradasi). Produk-produk kimia harus dirancang sedemikian rupa sehingga pada akhir fungsi mereka akan terurai menjadi produk degradasi yang tidak berbahaya dan tidak persisten di lingkungan.
- Real-time analysis for Pollution Prevention (analisis real-time untuk pencegahan polusi). Metodologi analitis perlu dikembangkan lebih lanjut untuk memungkinkan pemantauan dan pengendalian proses secara real- time.
- Inherently Safer Chemistry for Accident Prevention (bahan kimia yang bersifat lebih aman untuk pencegahan kecelakaan). Zat dan bentuk zat yang digunakan dalam proses kimia harus dipilih untuk meminimalkan potensi kecelakaan kimia, termasuk pelepasan ke lingkungan, ledakan, dan kebakaran.
Referensi:
Nurbaity. (2011). Pendekatan Green Chemistry Suatu Inovasi dalam Pembelajaran Kimia Berwawasan Lingkungan. Jurnal Riset Pendidikan Kimia. 1 (1). 13 - 21.
Putri, V. K. M. 2023. Apa yang Dimaksud Kimia Hijau?. Tersedia dalam https://www.kompas.com/skola/read/2023/10/12/070000669/apa-yang-dimaksud-dengan-kimia-hijau-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H