Lihat ke Halaman Asli

Yunita Kristanti Nur Indarsih

TERVERIFIKASI

Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

Cerita Sekolah Cita

Diperbarui: 17 Oktober 2024   09:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi itu suasana di sekolah Fahmi cukup lengang. Semua siswa sudah masuk kelas. Ada beberapa siswa yang masih hilir-mudik di luar kelas hendak mengambil beberapa peralatan olahraga. Senin yang dinamis di Sekolah Cita.

Suasana di ruang guru Sekolah Cita hanya ada beberapa guru yang tengah mengerjakan beberapa pekerjaan administratif. Langkah Pak Uji sangat berat hari itu. Meninggalkan rumah dengan gamang. Dio, anaknya yang bungsu, sakit.

Pak Uji penjaga Sekolah Cita. Relawan lebih tepatnya. Tepat pukul 07.30. Pak Uji sudah selesai membuatkan dan mengirimkan teh manis untuk guru-guru di Sekolah Cita.

Langkah Pak Uji terhenti manakala melihat dua anak kelas tiga sedang berada di ruang kelas lima. "Dudung dan Fahmi, di luar kenapa?" Pak Uji bertanya sambil setengah berbisik.

"Kami dihukum, Pak."

"Lho kenapa?"

"Kami belum mengumpulkan tugas. Lupa, Pak." Dudung yang sejak tadi menjawab. Sementara Fahmi hanya terdiam dengan raut muka yang semrawut.

"Tumben, biasanya kalian berdua gak pernah dihukum. Kenapa?"

Percakapan antara Pak Uji, Dudung, serta Fahmi terus berlangsung. Tiba-tiba, Bu Tika memanggil keduanya untuk masuk.

"Ayo masuk kalian berdua."

"Ini ada tugas lagi ayo kerjakan dulu, Ibu mau ada pelatihan. Harus selesai!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline