Lihat ke Halaman Asli

Yunita Kristanti Nur Indarsih

TERVERIFIKASI

Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

Anak SMK, Kalian Tuh, Keren!

Diperbarui: 9 Juni 2024   10:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi artikel melalui Kompas.com / Shutterstock (Ibenk_88)

Jaman saya dulu, masuk jurusan IPA serasa membanggakan. Keren abis. Masuk jurusan lain tuh kayak gak bonafit. Paradigma berubah. Tapi masih banyak juga (mungkin) yang memiliki paradigma serupa dengan beberapa waktu lalu, seperti apa yang saya alami.

Ternyata latar belakang pendidikan bukan indikator sahih untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam hidup, dan ini yang harus disadari dan dipahami teman-teman yang memilih sekolah kejuruan.

Selanjutnya, seorang pendidik di sebuah sekolah kejuruan juga pernah menceritakan kondisi siswanya ini merasa ada di kalangan 'second class'. Beberapa yang lain tidak merasa bangga bersekolah di tempat dia sekolah saat ini, sekolah kejuruan (SMK).

Beberapa siswa tersebut bercerita bahwa stigma anak SMK tidaklah sebaik teman-temannya yang memilih sekolah di SMA. Kemudian, yang lain menambahkan, bahwa masuk sekolah tersebut karena ekonomi ortu yang tidak memadai sehingga sekolah kejuruan adalah pilihan, karena setelah itu bisa langsung bekerja, tambahnya. Keinginan untuk sekolah di SMA sebenarnya juga ada.

Peristiwa di atas juga fakta yang terjadi dalam dunia pendidikan kita. Nah, hal ini memberikan pemahaman pada saya bahwa situasi seperti itu (mungkin saja) bisa saja diciptakan, padahal 'arti sekolah' itu netral, dalam arti keduanya, baik kejuruan maupun umum ingin memberikan bekal bagi siswa untuk hidup. 

Mengapa sih muncul pemahaman bahwa sekolah yang satu lebih baik dari sekolah yang lain? Sebuah anomali? Atau jangan-jangan saya dan kita juga ikut menyumbangkan pemikiran serupa siswa  tersebut?

Banyak sekali sekolah kejuruan (SMK) mencetak pribadi-pribadi unggul dalam kehidupan. Hal semacam ini pun perlu disosialisasikan pada anak-anak kita. Harga diri untuk mereka terkadang dimulai dari hal-hal yang mungkin kita anggap sepele seperti ini.

Indikator keberhasilan tidak absolut. Sangat beragam bahkan. Hal ini yang perlu anak-anak kita paham.

Tidak semua anak harus pintar matematika. Tidak semua harus menjadi juara olimpiade. Tidak semua harus fasih berbahasa asing dan pandai debat. Keren juga menjadi Chef yang bisa berkreasi dengan beragam makanan. Sangat membanggakan ketika bisa mengolaborasikan suara dengan musik-musik yang artistik.

Sebuah pencapaian juga manakala bisa menciptakan resep minuman yang sehat tapi juga enak. Mengasyikkan ketika bisa membuat skenario film berkelas. Atau bahkan, bila memiliki kemampuan intra dan interpersonal yang baik, hal itupun akan bisa dikembangkan dan mengembangkan orang lain, kelak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline