Beberapa orang Ibu mengeluhkan pola tidur anaknya yang kacau. Si anak sering tidur lewat larut malam, bahkan juga ditambah dengan perilaku rewelnya yang relatif sering muncul jelang aktivitas tidurnya itu.
Menjelang pagi hari ketika mulai beraktivitas anak terlihat murung, lemas, tidak bersemangat, dan sukanya hanya mager (males gerak) saja. Bila disuruh mengerjakan dan melakukan aktivitas-aktivitas tertentu maka dia akan berupaya menghindar dan lebih suka rebahan.
Kasus ekstrim lain, saat tidak diikuti keinginannya, maka si anak akan berperilaku tantrum. Ini adalah fenomena-fenomena yang sering dialami beberapa orang ibu dalam mendampingi anak-anak mereka yang berkebutuhan khusus.
Pengalaman-pengalaman demikian terjadi di sekeliling saya ketika kisah tersebut dibagikan saat melakukan layanan pendampingan anak berkebutuhan khusus.
Saya paham sekali, banyak sekali tantangan dalam mendampingi keluarga dengan anak-anak berkebutuhan khusus.
Ada beberapa hal yang membuat fenomena tersebut terjadi:
1. Kurangnya pengetahuan orangtua atau pendamping mengenai metabolisme tubuh anak-anak berkebutuhan khusus.
Kurangnya informasi, pengetahuan mengenai metabolisme tubuh anak berkebutuhan khusus juga menjadi penyebab terjadinya fenomena di atas
2. Pola asuh yang diterapkan seputar anak-anak berkebutuhan khusus.
Pola asuh yang cenderung permisif, tidak tega melihat anak nangis, cenderung kendor terhadap aturan-aturan kebiasaan baik yang telah diketahui oleh orangtua dan anggota keluarga lain.
"...ketimbang nangis, ya udahlah saya beri aja," tutur seorang Ibu yang pernah bercerita pada saya.