Lihat ke Halaman Asli

Yunita Kristanti Nur Indarsih

TERVERIFIKASI

Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

Singkirkan Ketakutan Berlebihan Orangtua agar Hak Pendidikan Anak Perempuan Tidak Terpasung

Diperbarui: 13 April 2021   09:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Artikel : Anak Perempuan yang telah menyelesaikan studinya/Sumber : Unsplash.com (Andre Hunter)

Seorang siswi SMA di sebuah daerah sejuk mendadak berhenti berucap dan menundukkan kepalanya, saat saya bertanya mengenai keinginannya untuk melanjutkan kuliah setelah menyelesaikan jenjang di tingkat pendidikan SMA.

Awalnya dia masih antusias dengan mengatakan keinginan terbesarnya untuk masuk dan bergabung pada Fakultas Seni dan Karawitan di Universitas Negeri Semarang. Obrolan berlangsung dengan sedikit menegang, saat saya bertanya persiapan kuliahnya kelak, karena siswi yang berparas cantik ini sudah ada pada jenjang kelas 12.

Siswi cantik ini lantas menjawab dengan mata berkaca-kaca. “Tidak tahu, Bu Nita, besok saya diijinkan kuliah atau tidak! Saat saya study tour saja, Bapak dan Ibu saya selalu menghubungi saya via handphone saking khawatir beliau sehingga selalu menanyakan kapan saya pulang…”

Saya tertegun sejenak mendengar jawabannya. Membandingkan dengan kedua orang tua saya yang memang memiliki riwayat merantau sejak beliau berdua muda, yang akhirnya merelakan serta mengijinkan saya juga untuk kuliah di luar kota, karena saat itu di Kota Cirebon belum ada kampus yang sesuai dengan pilihan jurusan studi saya.

Mempersiapkan mental orang tua untuk memberi kesempatan anak dalam berjuang mencapai cita-cita merupakan hal penting. Ketakutan yang berlebihan terkadang membuat orang tua akan memiliki rasa khawatir dan berujung pada pemberian batasan yang terkadang tidak masuk akal.

Dalam sebuah artikel edukatif mengenai materi parenting yang ditulis oleh Lisa Heffernan di dalam Today.com, orang tua harus mempersiapkan betul masa-masa transisi ini, dimana anak-anak mereka lambat-laun pasti akan meninggalkan mereka untuk menuntut ilmu di jenjang pendidikan lanjutan yang lebih tinggi lagi, yang kemungkinan besar di luar daerah mereka tinggal.

Kecemasan dan ketakutan karena kehilangan momen-momen menyenangkan, dan bonding yang telah tercipta sejak masa kelahiran anak-anak mereka tentu bisa menjadi pemicu alasan beratnya melepaskan anak-anak tersebut. Tetapi tentu saja hal itu tidak boleh menjadi rintangan yang membatasi anak-anak dalam menempuh jenjang pendidikan yang selanjutnya.

Orang tua perlu sekali mengantisipasi hal ini jauh-jauh hari agar anak-anak bisa mendapatkan pendidikan yang terbaik untuk bekal masa depan mereka di kemudian hari. Toh, memang sejatinya kita semua tidak akan bersama selamanya. Anak-anak pun harus belajar mandiri seiring dengan tanggung jawab mereka yang semakin besar selepas tidak bersama dengan orang tua.

Dengan jarak tersebut, anak-anak diharapkan bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan bertanggung jawab dan bisa melanjutkan tongkat estafet tanggung jawab yang ada di pundak mereka.

Jika dicermati, orang tua sebenarnya hanya tidak ingin kehilangan komunikasi, relasi, silaturahmi, dengan anak-anak mereka saat anak-anak tersebut melanjutkan kehidupan pendidikan lanjutannya.

Banyak sekali hal yang bisa dilakukan agar momen kebersamaan itu tidak hilang, apalagi di era sekarang, dimana teknologi dalam berkomunikasi sudah bukan barang awam lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline