Lihat ke Halaman Asli

Yunita Kristanti Nur Indarsih

TERVERIFIKASI

Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

Serenada Aroma Merdeka

Diperbarui: 14 Agustus 2020   09:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi / sumber : shutterstock melalui Kompas.com

Sabang membentang hingga Merauke,
melintang Nias hingga Miangas,
terbentang luas Ibu Pertiwiku,
cakrawala naungi kebesaran negeri nyiur melambai.

Tulus jiwa, raga, disertai darah, membayarnya,
demi sebuah aroma harum kemerdekaan,
mengoyak diri demi memeluk bebas,
sebuah harga tak ternilai untuk mencintamu.

Kini setelah hadir angka tujuh puluh lima,
aroma harum itu sedikit memudar,
bukan untuk melawan kedigdayaan bangsa lain,
musuh dalam selimut yang merintang,
sebuah arena laga baru untuk kembali diperjuangkan.

Melepas jerat ini begitu lara,
karena musuh sedarah yang kami lawan.
Bambu runcing kini menjadi sebuah petisi,
keris milik sang empu menjadi hukum-hukum yang menjerat,
untuk melawan kerabat yang tersesat.
Berat,
tapi demi kembalinya sebuah harum kebebasan yang pekat.

Satu dalam keberagaman,
tunggal dalam kebhinekaan,
erat dalam persaudaraan,
bergelayut dalam kebersamaan,
memeluk kesejatian dalam kemerdekaan,
di atas kaki bumi Pertiwi.

Indonesia,

kami cinta.

Merah putih,

teruslah berkibar di dada,

Dirgahayu........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline