Lihat ke Halaman Asli

Yunita Kristanti Nur Indarsih

TERVERIFIKASI

Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

Tips Cegah Mengumpat Kasar dalam Kelas Karakter di Sekolah Kami

Diperbarui: 29 April 2020   16:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi mengumpat. (sumber: thinkstock via kompas.com)

Kasus pembagian "nasi anjing' yang viral di media beberapa hari terakhir ini menjadi perenungan dalam saya. 

Ibu Roselina Tjiptadinata juga menyinggung mengenai cara untuk berbagi, tetapi tetap aman dari hal-hal yang tidak diinginkan, di artikel yang saya baca pagi ini. Hal yang menarik untuk direnungkan lebih lagi, terkhusus untuk saya pribadi.

Saya teringat pembahasan di waktu-waktu yang lalu dengan siswa saya, dalam sebuah Kelas Karakter di sekolah, tempat saya mengajar. Umpatan, makian tentu tidak asing lagi di telinga kita. Seringkali hal ini menjadi permasalahan yang timbul di kalangan siswa-siswa remaja, khususnya.

Berawal dari bercanda, yang melibatkan umpatan, makian, mengatakan kata-kata kotor, eh akhirnya berujung pada selisih paham hingga perkelahian. 

Ada kalangan tertentu yang menerima hal ini menjadi sebuah keakraban, dan tak ada batas. Tapi di sisi lain juga, ada yang tidak bisa menerimanya, dan menjadi hal yang sensitif, terutama di ranah publik. Kehati-hatian, menjadi hal yang penting dalam hal ini untuk menyikapinya.

Kebetulan di sekolah kami, hal ini menjadi concern dan issue penting. Hal yang krusial untuk menjaga etika, kesopanan, kesantunan, dalam berkomunikasi dengan orang lain, dalam berkata, apalagi dalam ranah pendidikan. 

Etika dan kesopanan dalam mengeluarkan kata-lata dari mulut kita menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan. 

Tanpa mengurangi makna bercanda, tentu makian, umpatan, kata-kata kotor, tidaklah make sense untuk dipilih dalam materi untuk membuatnya menjadi bahan candaan.

Alih-alih menghibur, dan membuat tertawa kawan, malah ujung-ujungnya menjadi malapetaka dan menghasilkan musuh baru. Kecuali, kita telah mengenal orang tersebut secara kental atau dekat.

Memang dalam kondisi ideal, kita ingin siswa-siswa kita memiliki kosakata yang baik-baik saja, itu tentu harapan kita semua sebagai orang tua dan guru. 

Namun demikian melihat ke kondisi riil, tentu hal itu tidak bisa 100% didapatkan, akan ada kondisi kurang ideal yang harus kita cari solusinya dan penanganannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline