Lihat ke Halaman Asli

Nita Juniarti

Seorang Perempuan

Catatan Sendal: Liburan Singkat ke Jogjakarta

Diperbarui: 22 Agustus 2020   19:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Februari 2020 kadarullah, salah satu kota yang sangat ingin saya kunjungi akhirnya tercoret. Meski sudah berencana ke Jogjakarta sejak tahun 2015 ternyata saya dan kota istimewa itu belum berjodoh. 

Saat silaturahim ke rumah mbak Santi di Malang, tiba-tiba tercetus perjalanan ke Jogja dan mbak Santi memang gercep segera tuh pesan tiket kereta. Ada beberapa kenangan yang saya ingin abadikan tentang perkenalan pertama dengan Jogjakarta.

1. Kenalan lama yang Baik
Murida, mahasiswa pasca sarjana UIN Sunan Kalijaga yang saya hubungi melalui dm instagram merespon baik rencana saya. Sejatinya, saya agak malas merepotkan teman makanya saya tidak mengabari beberapa kenalan lain. 

Padahal, saya dan murida barangkali hanya berjumpa satu dua kali di Abdya dan jarang ngobrol hahaha. Namun, asiknya ketika menumpang nginap di Asrama Pocut Baren, saya malah mendapatkan banyak cerita dan kenalan serta cerita pengalaman kenapa harus S2.

2. Berkenalan dengan Abang rental Motor
Memang dasarnya saya metajo-tajo, abang rental motor pagi-pagi sudah saya ganggu ahhaha.  Kami bisa menyewa motor murah ala mahasiswa dengan meminjam ktm Murida, betulkan? Anaknya baik banget sumpah.

3. Makan Gudeg di kotanya

Dok. Pribadi

Pertama sekali nyoba Gudeg sebetulnya di Surabaya dan saya tidak terlalu menyukainya. Ketika di Jogja sebagaimana prinsip perjalanan saya harus mencoba makanan khas di sana suka atau tidak akhirnya saya mencoba gudeg. Gudeg Yu Djum merubah sedikit pandangan saya tentang Gudeg dan mulai menyukainya. Lumayanlah, entah lapar atau doyan.

4. Malioboro berkali-kali diputari

Dok. Pribadi

Menggunakan maps memang suka aneh-aneh, sebab mengendarai motor sendiri dan tidak paham alur kota Jogjakarta eh ternyata mengantarkan ke Malioboro berkali-kali, kadang suka aneh sendiri.

5. Rebahan di Candi Prambanan

Dok. Pribadi

Kata rebahan sedang populer kala itu dan sebagai pemuja rebahan nomor wahid, rebahan di mana saja sejatinya bukan masalah. Seberes berkeliling, di belakang entah candi ke berapa prambanan akhirnya memutuskan rebahan karena lelah hahaha.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline