Lihat ke Halaman Asli

Nita Juniarti

Seorang Perempuan

Bagaimana Sih Bersikap pada Kritik?

Diperbarui: 18 Agustus 2020   18:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Kata guru PKN saya jaman SMA "orang Indonesia selalu mengaung-gaungkan siap dikritik tapi ketika di kritik hatinya panas, telinganya merah. Sejatinya mereka tidak siap di kritik."

Indonesia sudah merdeka 75 tahun dengan segala dramanya namun masih banyak hal yang mestinya harus dibangun dengan kebijaksanaan orangtua dan pengetahuan orang muda.

Kabupaten saya, Aceh Barat Daya memiliki satu Perpustakaan dan Arsip Daerah Aceh Barat Daya yang diatur dalam peraturan Bupati No.6 tahun 2016. Memang bekas gedung yang didirikan adalah gedung bekas kantor cabang pemerintahan Aceh Selatan yang dibangun tahun 1968 yang cukup tua. Bangunan yang tua itu diikuti tua oleh banyak hal di dalamnya.

Kondisi perpustakaan terutama bukunya yang berayap dan jarang disentuh. Buku yang saya dapatkan ketika itu adalah karangan Murizal Hamzah tentang tokoh penting Aceh "Hasan Tiro". Ketika itu, saya menulis status di facebook setelah mengatakan kondisi tersebut kepada kabid pelayanan dan pengembangan saat kunjungan dan beliau cuma tersenyum, belum paham pada maksud senyumnya.

Nyatanya, hal ini berbutut panjang. Saya dianggap mencemarkan nama baik perpustakaan. Meskipun komen di facebook sebenarnya sangat baik bahkan beberapa orang ingin memberi saran dan ingin ikut memperbaiki keadaan pustaka namun hal ini diterima berbeda oleh pihak pustaka. Saya diajak bercerita perihal ini dan saya meminta maaf jika postingan tersebut salah, terus mereka bilang sudah tidak apa-apa, sudah senang hati karena saya meminta maaf meski saya belum menghapus postingan tersebut.

"tidak usah mengurusi urusan pemerintah, pun kalau bukunya rusak mereka yang rugi" kata salah seorang petugas pustaka.

Hey, jiwa protesku bergejolak, bukankah buku-buku itu dibeli dengan uang rakyat? Kenapa bisa pemikiran seperti itu? Entahlah, sebagai seorang yang sedang berusaha melibatkan diri dalam kegiatan literasi saya kecewa. Pegawai di Pustaka Daerah ini 35 orang dan 12 orang lulusan SMA, pun rata-rata pegawainya hanya kontrak. Jumlah koleksi Pustaka Daerah sampai tahun 2019 hanya sekitar 1.876 buah buku dan tidak ada semua kategori.

Meski pustaka ini di gedung tua haruskah buku-bukunya ikut rusak tanpa perawatan dan sentuhan? Harusnya bagaimana sih bersikap pada kritik begini. Kritik yang datang dari masyarakat yang datang ke pustaka.

Oh ya, beberapa hari lalu saya kembali melakukan kunjungan dan raknya lumayan bersih serta buku-buku baru dikeluarkan. Apakah sikap ini menandakan bahwa mereka merespon kritik? Namun menghujat si pengkritik tanpa diketahui? Atau bagaimana? Bisa jadi gara-gara tulisan ini, saya akan dipanggil kembali hahaha. Sudah, demikian saja. Saya mencatat ini bahwa saya pernah menulis sesuatu di facebook dan menajdi bahn hujatan bagi mereka yang senang mengubag ubi menjadi kolak




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline