Lihat ke Halaman Asli

Nita Juniarti

Seorang Perempuan

Berbagi Kebahagiaan melalui Buku

Diperbarui: 8 Mei 2020   05:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak-anak pengunjung Sigupai Mambaco

Rich not about how much you have but how much you give. Sebuah kutipan dalam video iklan pendek yang saya tonton beberapa tahun lalu, bertahan di kepala saya hingga saat ini. 

Sedetikpun, saya tidak pernah ragu akan janji Allah bahwa sedekah itu dibalas dari 1 menjadi 10 kali lipat. Berdagang dengan Allah melalui harta dan jiwa adalah perdagangan yang dianjurkan, cukup bagiku Allah, Tuhan semesta.

Apakah uang bisa membeli kebahagiaan? Tentu saja, jika digunakan untuk hal yang baik. Salah satu kebahagiaan materi adalah memberi, saat memberi sejatinya kita sedang menerima.

Tahun 2017 akhir, saya berbincang dengan ibu tentang membawa buku-buku milik saya ke daerah yang ramai orang nongkrong, saya berkeinginan untuk menjadikannya pustaka keliling. 

Qadarullah, adil nenek saya meninggal sehingga rencana tersebut ditunda terlebih dahulu. Januari 2018 barulah terealisasikan, saya membawa buku ke gunung yang biasanya dijadikan tempat selfie anak-anak muda, tidak banyak peminat buku. 

Minggu selanjutnya saya membawanya ke Pantai, ternyata hal ini menarik minat orang membaca. Saat itu, saya mengajak adik saya untuk membuka lapak buku keliling hanya dengan bermodal motor dan sekarung kecil buku.

Adik saya jarang terlibat dengan kegiatan sosial, pada minggu selanjutnya malah mengajak untuk buka lapak buku.
"Kak, Yuk buka lapak buku. Senang rasanya melihat anak-anak tertawa saat mereka membaca buku yang isinya lucu" alasannya sederhana sekali, hanya karena melihat tawanya pengunjung lapak baca.

Tahun ke-3 lapak baca yang kemudian melibatkan seluruh keluarga karena akhirnya kami memutuskan untuk membuka di rumah selain di pantai saban minggu. Buku yang awalnya hanya koleksi pribadi sejumlah 50 buah buku anak-anak dan 100 buah buku lain-lain, saat ini sudah berjumlah hampir 500 judul. 

Beberapa teman tertarik mengisi kegiatan berbagi ilmu bahkan mengadakan kegiatan lomba dengan menyediakan hadiahnya. Lapak baca yang bernama Sigupai Mambaco ini adalah cara kami berbagi kebahagiaan melalui memberi kesenangan melalui buku-buku. 

Tidak disangka, niat awal agar buku-buku tidak dibaca pribadi dan keluarga tapi juga mendatangkan manfaat bagi orang lain telah menjadi sebuah taman baca masyarakat yang terdaftar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline