Setelah menunggu bus selama 1.5 jam busnya nonggol, eh penuh kebagian berdiri selama 2 jam hingga akhirnya ada penumpang yang turun dan bisa duduk. Luar biasa. Masya Allah.
Aku nggak ada kenalan di Lumajang, tapi nekat saja. Mas di Bus mengatakan bahwa Beruntungnya pernah jadi PM, nanya dong di grup dan ada yang tinggal di Lumajang. Chit chatlah. Alhamdulillah akhirnya disuruh turun di Pertigaan Pancasila Tempeh.
Terus, ternyata aku ngak tau di mana tempat itu. Tanya sini-sanalah sama penghuni bus. Ada mas-mas yang menuju tempat yang sama. Perjalanan 5 jam berakhir dengan segala drama di dalam bus itu.
Kutunggu si kawan, dia muncul. Aku jumpa Wulan, pm 17 ini pas IM Talks. Padahal kenal gitu aja. Terus ngobrol-ngobrol seru sampai sorean hingga akhirnya kami ke kota Lumajang dan singgah di mesjid agungnya. Terus dijemput sama Panlok KI dong. Eh nongkrong nungguin mereka rapat sampai menuju Isya.
Setelah hahihuha nginep di rumah mbak Pram. Ibunya seru banget. Ngajak ngobrol tentang Aceh, Tsunami, dan si mata biru. Syukur ya ga bahas tentang GAM. Menyenangkan karena dalam perjalanan ini membuatku :
1. Tidak mabuk darat, Alhamdulillah
2. Minta Allah temani sehingga jumpa orang baik di Jalanan
3. Usaha iman maksimal
Sebab sebelum berangkat terlalu banyak cerita begallah, inilah, itulah. Pokoknya jangan takut perjalanan sendirian, serahin ke Allah dan tetap waspada
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H