Lihat ke Halaman Asli

Nita Hasmita

Mahasiswa

pelecehan seksual sudut pandang sosial dan budaya

Diperbarui: 6 Januari 2025   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Judul pelecehan seksual sudut pandang sosial dan budaya

Oleh : Hasmita

Mahasiswa program studi tadris IPS

Fakultas Tarbiyah, institut agama Islam negeri Pare-pare

Senin, 6  Januari 2025

Pendahuluan

Pelecehan seksual merupakan isu yang hingga kini masih sangat relevan dan membutuhkan perhatian serius dari seluruh lapisan masyarakat. Secara umum, pelecehan seksual mengacu pada perilaku tidak senonoh yang dilakukan dengan tujuan untuk mengeksploitasi atau merendahkan martabat individu lain, baik itu secara fisik, verbal, atau psikologis. Namun, dalam sudut pandang sosial dan budaya, masalah ini lebih dari sekadar tindakan fisik semata. Pelecehan seksual melibatkan konstruksi sosial yang membentuk cara pandang kita terhadap gender, kekuasaan, dan norma-norma budaya yang ada dalam masyarakat.

Konstruksi Sosial dalam Pelecehan Seksual

Dalam banyak budaya, perempuan sering kali ditempatkan pada posisi yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Konstruksi sosial ini berakar pada pemahaman tradisional yang menganggap perempuan sebagai makhluk yang lebih lemah atau kurang berdaya dalam aspek tertentu, seperti ekonomi, pendidikan, atau bahkan hak-hak seksual. Fenomena pelecehan seksual, dalam hal ini, sering kali merupakan refleksi dari ketimpangan kekuasaan ini. Ketika seseorang merasa memiliki dominasi atau kontrol atas pihak lain, mereka mungkin merasa berhak untuk melanggar batasan pribadi, baik secara fisik maupun verbal.

Objek Seksual dan Ketidaksetaraan Gender

Di banyak masyarakat, terutama yang memiliki nilai-nilai patriarkal yang kuat, perempuan seringkali diposisikan sebagai objek seksual. Hal ini tercermin dalam banyak aspek kehidupan, mulai dari media massa, iklan, hingga pola pikir masyarakat yang masih menganggap perempuan sebagai "milik" atau "pencapaian" bagi laki-laki. Dalam konteks ini, pelecehan seksual bisa muncul sebagai bentuk ekspresi ketidaksetaraan tersebut, di mana kekuasaan laki-laki digunakan untuk mengontrol, mengintimidasi, atau bahkan merendahkan perempuan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline