Lihat ke Halaman Asli

Prinsip Etika Bisnis Islam Berlaku Jujur dalam Melakukan Hal Apapun

Diperbarui: 4 April 2022   07:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam islam, menjelaskan bahwa etika dalam berbisnis adalah benar dan tidak dapat di pisahkan dengan hal-hal lainnya. Etika dalam bebisnis juga mengatur tentang bagaimana konsep bisnis penting lainnya.

Prinsip etika bisnis islam juga dapat di artikan sebagai studi standar moral yang betujuan eksplit untuk menentukan standar hang benar atau memiliki dukungan penalaran yang baik.

Terdapat 5 prinsip dalam etika bisnis islam yaitu: (1) kesatuan, (2) keseimbangan, (3) kehendak bebas, (4) pertanggungjawaban, (5) kebenaran. Dalam 5 prinsip tersebut dapat kita ambil contoh prinsip kebenaran. 

Dalam alquran prinsip kebenaran yang mengandung kebijakan dan kejujuran kita dapat melihat dari penegasan menunaikan atau memenuhi perjanjian dalam transaksi bisnis. Dengan adanya prinsip kebenaran ini maka etika bisnis islam sangat kenjaga dan berlaku prevektif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan transaksi, kerja sama atau perjanjian dalam bisnis. 

Contohnya dapat kita ambil dalam kehidupan sehari-hari: " ketika kita hendak membeli buah-buahan yang dipasar tentu saja yang pertama yang kita lihat adalah bentuk buah tersebut apakah buah itu masih bagus atau sudah busuk, yang kedua kemanisan buat tersebut. Tetapi ketika kita mencoba buah tersebut memang buah itu manis tetapi pas sampainya di rumah buah itu kecut, mengapa demikian? Hal ini terjadi ketika penjual buah tersebut menjual buahnya dengan tester yang berbeda, kita melihat ada dua buah keranjang yang di miliki penjual buah tersebut. Keranjang yang pertama berisi buah yang manis tepat berada di depan penjual tersebut dan keranjang kedua berisi buah yang kecut dan tepat berada di belakang penjual tersebut. Saat pembeli mencobanya yang dia coba adalah keranjang yang berisi buah yang manis dan pada saat dia membelinya maka penjual tersebut memberikan buah yang kecut". 

Dari contoh tersebut Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya untuk berlaku jujur dan berterus terang. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda: "Tidak dibenarkan seorang Muslim menjual suatu jualan yang mempunyai aib, kecuali ia menjelaskan aibnya." (HR. Al-Quzwani).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline