Lihat ke Halaman Asli

Tradisi Bedulangan Masyarakat Sasak Lombok

Diperbarui: 9 Mei 2016   19:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dulang. papuqfotografi.blogspot.com

Bedulangan adalah cara menjamu tamu undangan yang datang ke acara syukuran (Roah), dimana pada cara bedulangan ini kepala tukang yang disebut dengan aman jangan mengatur penyajian menggunakan leperan, yang di bantu oleh kerunya yang sudah di bagi tugas masing-masing. Bedulangan ini merupakan suatu adat yang telah ada sejak zaman Nabi kita, pada zaman Nabi kita bedulangan itu biasanyaada pada saat perayaan maulid Nabi dan tradisi ini masih bisa kita lihat walaupun sudah jarang. [1]

Didalam satu dulang terdiri dari dua piring nasi, dua mangkok untuk lauk yang berkuah, dua gelas air, dan cara penyajian dulang ini pun berbeda-beda disetiap daerah, kalau di daerah saya dilimbok timur, dulang itu terdiri dari dua piring nasi, tempat nasi yang disebut dengan ponjol,dua mangkok untuk lauk yang berkuah, ada buah dan buah yang biasa digunakan yaitu pisang, dan ada kacang,kedelai, tahu, tempe dan telur. Acara bedulang atau dulang ini tidak hanya ada pada saat acara Syukuran (Roah atau begawe) saja, tetapi dalam acara-acara besar lainnya juga seperti acara Maulid Nabi dan acara-acara lainnya.

Tradisi bedulang biasanya disajikan oleh masyarakat sekitar dan tradisi ini mempunyai arti dan makna yang sangat besar, dimana dengan adanya tradisi bedulang ini diharapkan supaya orang mempunyai rasa kebersamaan. Dan dalam penyajian dulang itu juga mempunyai makna, yaitu makna kebersamaan, dimana seseorang membuat dulang dengan hanya menyajikan dua piring nasi saja, harapannya supaya seseorang bisa berbagi dan rasa kebersamaan.

Kalau di desa saya bedulang itu selain mempunyai makna kebersamaan juga mempunyai arti berbagi, dimana dulang yang disajikan itu tidak boleh dihabiskan semua apa saja isi dari dulang tersebut, kita harus menyisakan juga buat anak si pembuat atau yang menyajikan tersebut, supaya anak-anak mereka juga bisa memakan apa yang telah atau sudah disajikan didalam dulang itu. Tetapi tradisi menyisakan ini hanya dilakukan pada acara Roah atau begawe saja. Tradisi menyisakan didalam bedulang didesa saya ini tujuannya supaya seseorang mampu menumbuhkan rasa berbagi kepada setiap orang atau dengan sesama.

Refrensi :

[1]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline