Semarang (26/07/2022) - Sampah masih menjadi permasalahan serius di Indonesia, salah satunya di Kota Semarang. Penumpukan sampah yang semakin besar dan pengelolaan yang kurang baik menjadi salah satu faktor terjadinya pencemaran lingkungan yang dapat mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), diketahui bahwa timbunan sampah di Kota Semarang pada tahun 2020 mengalami peningkatan kurang lebih sebesar 10.000 ton dari tahun sebelumnya. Komposisi timbunan sampah tersebut didominasi oleh sampah rumah tangga sebesar 29,05%.
Berdasarkan hasil survey lokasi KKN yaitu di lingkungan RW 06 Kelurahan Patemon, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, masih banyak ditemukan sampah organik berupa sisa buah-buahan dan sayuran. Sampah organik tersebut jika dilakukan pemanfaatan dan pengolahan dengan baik akan menghasilkan produk yang bermanfaat baik bagi lingkungan maupun kehidupan sehari-hari. Selain itu, di RW 06 Kelurahan Patemon juga sudah terdapat tempat pengelolaan sampah berupa bank sampah namun pemanfaatannya belum optimal.
Berdasarkan permasalahan tersebut, mahasiswa KKN Tim II UNDIP Tahun 2021/2022, Nistya Nisa Hanifa (21) dari prodi Biologi Fakultas Sains dan Matematika melakukan program monodisiplin berupa edukasi kepada masyarakat di RW 06 Kelurahan Patemon mengenai pemanfaatan limbah organik kulit buah menjadi Eco-Enzyme. Eco Enzyme merupakan cairan hasil fermentasi dari sampah organik (kulit buah), gula dan air. Eco-Enzyme memiliki banyak manfaat diantaranya sebagai pupuk organik, pestisida, cairan pembersih lantai, cairan untuk mencuci piring dan lain-lain. Dalam ilmu Biologi, pembuatan produk Eco-Enzyme menggunakan prinsip fermentasi alkohol dan asam asetat yaitu proses pemecahan glukosa yang dihasilkan dari limbah organik kulit buah dan gula oleh mikroorganisme penghasil enzim menjadi alkohol dan asam asetat yang bersifat asam. Cairan asam hasil fermentasi itulah yang disebut Eco-Enzyme yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan patogen.
Pembuatan produk Eco-Enzyme dilakukan di kos mahasiswa dengan mempersiapkan alat dan bahan. Alat dan bahan yang dibutuhkan diantaranya sampah organik (kulit buah), gula, air, saringan, botol plastik dan wadah. Langkah pembuatan Eco-Enzyme yaitu masukkan air, gula dan limbah kulit buah ke dalam wadah dengan perbandingan 10 : 1 : 3. Kemudian, wadah ditutup dan didiamkan selama 3 bulan. Tutup wadah dibuka setiap minggu untuk mengeluarkan gas yang merupakan hasil dari fermentasi, kemudian ditutup kembali. Setelah 3 bulan, limbah kulit buah disaring dan diambil cairan fermentasi yang disebut Eco-Enzyme. Eco-Enzyme siap digunakan.
Program ini dilaksanakan dengan sistem door to door ke rumah warga RW 06 Kelurahan Patemon dengan sasaran yaitu ibu rumah tangga. Kegiatan dilakukan dengan memberikan edukasi mengenai cara pengolahan limbah organik menjadi Eco-Enzyme, cara penggunaan serta manfaatnya dengan output berupa leaflet. Kemudian, dilakukan dengan pemberian sampel produk Eco-Enzyme. Setelah dilakukan program ini, diharapkan ibu rumah tangga di RW 06 Kelurahan Patemon mampu mengelola sampah rumah tangga dengan baik menjadi produk yang bermanfaat seperti Eco-Enzyme untuk meminimalisir terjadinya penumpukan sampah serta memberikan ide usaha untuk mengembangkan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H