"Pusing gue," bersandar meletakkan pena dan menjauhkan buku di hadapannya, lalu mengedarkan pandangan dalam ruang kelas yang sepi.
"Kenapa?" Tanpa menoleh ke arah Nesya, Gala masih terus mengerjakan tugas tertulisnya.
"Gue pengen tidur panjang." Nesya memejamkan matanya, kemudian mengerjap memperlihatkan bola mata coklat gelap yang tengah memperhatikan plafon putih di atasnya, lalu memejamkan mata lagi.
"Kalo gitu, segera selesaikan urusan lo sama orang lain." Gala menutup buku matematikanya, lalu menutup penanya.
"Kok gitu?" Masih dengan memejamkan matanya.
"Karena, lo hanya bisa tidur panjang setelah lo ga butuh apapun lagi di dunia ini. Bahkan udara, karena pada dasarnya kita saling berbagi dengan orang lain untuk bernafas. Jangan buat lo sama seperti mereka, maka lo bisa bebas." Memasukan alat tulis ke tasnya.
"Gila, gue ga paham. Ngomong apa lo barusan?" Nesya segera menegakkan badannya, ia buru-buru memasukkan alat tulisnya ke tas juga.
Gala bangkit dari duduknya, "Sya, kalo lo mau tidur panjang, mati aja sono." Gala berjalan santai keluar kelas, Nesya tertegun.
"Jahat, sumpahin gue lo barusan? Jangan harap gue mau bantu lo buat minta ijin sama tante Rena." Segera saja Nesya mengejar Gala.
"Gue ga perlu apapun dari lo, karena gue bisa lakuin hal tertentu dengan mengandalkan diri gua sendiri." Gala tetap berjalan santai ke arah parkiran, sedangkan Nesya berlari setelah memukul belakang kepala Gala dengan tas mininya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H