Lihat ke Halaman Asli

Nisrina Salsabila

Mahasiswa Telkom University

Permainan Tradisional Congklak Kini Mulai Hilang

Diperbarui: 11 November 2023   21:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengaruh perkembangan teknologi dapat mengubah budaya sosial yang ada, salah satunya adalah akan perubahan pada perkembangan permainan tradisional. Semua orang dari kalangan usia berapa pun memerlukan pengetahuan mengenai efeknya teknologi yang mempengaruhi budaya kita. Pada permainan tradisional seperti Congklak sangat terasa perbedaannya setelah datangnya sebuah teknologi, semakin banyak anak yang tidak tahu dan masyarakat yang mulai melupakan. Dengan begitu siapa yang dapat disalahkan atas berubahnya budaya yang ada? Maka melalui artikel ini saya mengharapkan masyarakat akan paham bahwasanya suatu budaya akan terlupakan bahkan hilang jika kita tidak memeliharanya dengan baik  

Apa yang terlintas di pikiran kalian ketika mendengar permainan tradisional?

Mungkin sebagian besar orang akan mengatakan bahwa permainan tradisional adalah permainan yang menemani mereka ketika sejak masih kecil serta akan mengenang kembali betapa menyenangkan nya memainkan permainan tradisional bersama teman-teman. Namun sebenarnya permainan tradisional memiliki makna lebih dari itu karena permainan tradisional sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang anak-anak. 

Mengapa begitu?  Karena permainan tradisional akan mengasah keterampilan motorik maupun kognitif pada anak-anak. 

Hal ini ditunjukkan oleh permainan tradisional yang memerlukan kontribusi dari seluruh panca indera yang manusia miliki, maka ini secara tidak langsung akan menstimulasi keterampilan yang sang anak tersebut. Selain itu, permainan tradisional juga dapat membantu sang anak akan bagaimana caranya bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, agar anak tidak tumbuh menjadi sosok yang individualisme.

Kita harus menyadari bahwa cara manusia mendapatkan proses kognitif sebenarnya tidak melulu melalui kegiatan belajar didepan buku atau komputer seperti yang dilakukan kebanyakan orang di era digital saat ini. Akan tetapi, ada media pembelajaran yang dapat dikatakan lebih alamiah yang ternyata sudah ada sejak ribuan tahun lalu yang dapat kita ketahui melalui integrasi antara tradisi budaya yang diturunkan oleh tiap generasi dengan alam. Pembelajaran yang bersifat alamiah ini akan memerhatikan aspek-aspek yang ada pada diri setiap manusia, seperti akan adanya keterlibatan emosi, etika, fisik, sosial, naluri, hingga ke spiritual nya.

Permainan tradisional umumnya berasal dari budaya suatu masyarakat yang disertai dengan pesan atau makna tersendiri nya dalam berinteraksi sesama individu atau dengan kata lain permainan tradisional merupakan warisan turun-temurun antar generasi.

Indonesia memiliki banyak macam permainan tradisional, salah satunya ialah permainan yang disebut dengan Dhakon atau di Jawa Barat terkenal dengan sebutan Congklak.  Permainan tradisional Congklak ini sudah ada sejak abad ke-17 di berbagai negara dengan berbagai macam sebutan nama. Di Indonesia permainan ini sangat poluler di daerah Jawa, bahkan menjadi aktivitas rutin yang dilakukan oleh anak-anak saat bermain bersama temannya. 

Menurut Lombard, kata Dhakon berasal dari kata saya atau aku, ini mengesankan adanya tonjolan ego yang dapat di maknai sebagai contoh dari permainan kompetitif atau dengan kata lain tujuan dari permainan Congklak ini ialah hanya sebagai hiburan dengan menunjukan hubungan timbal balik yang merangsang ego masing-masing pemain untuk mencapai kemenangan.

Permainan tradisional Congklak ini dapat dimainkan oleh dua orang dari segala usia, alat permainan ini terbuat dari kayu dan membentuk seperti sebuah perahu serta terdapat sembilan lubang kecil yang terletak sepanjang alatnya tersebut. Permainan Congklak ini dimainkan dengan cara memasukan 98 biji atau kerang sebanyak ke dalam lubang-lubang kecil. 

Cara memainkan permainan Congklak yaitu awalnya masing-masing pemain akan memasukan 7 biji ke dalam masing-masing lubang yang diartikan sebagai kepemilikan atau rumah, saat permainan dimulai secara bersamaan pemain akan mengambil biji atau kerang pada salah satu lubang lalu memutari tiap lubang dengan menjatuhkan masing-masing 1 biji pada setiap lubang yang dilewati. Permainan terus berulang hingga salah satu pemain menyimpan biji di lubang kosong dan dikatakan gugur sementara, lalu permainan akan di lanjut setelah lawannya sama-sama menyimpan biji pada lubang kosong, alur permainan Congklak ini akan terus begitu hingga biji atau kerang pada seluruh lubang kecil habis. Maka tidak heran bahwa permainan ini membutuhkan waktu yang lama ketika bermain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline