Hai teman-teman, perkenalkan nama saya Nisrina Bannowati biasa dipanggil Nisrina. Saya adalah mahasiswi pariwisata di Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti jurusan Usaha Perjalanan Wisata dan merupakan salah satu penerima Beasiswa KIP Kuliah di Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti.
Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi informasi menarik tentang salah satu kuliner khas betawi yang mulai langka.
Sayur Babanci? mungkin nama makanan ini terdengar asing sekarang.
Sayur Babanci atau Ketupat Babanci adalah salah satu hidangan ikonik khas Betawi yang sekarang ini mulai jarang ditemukan. Kelangkaan ini disebabkan karena bahan dan rempah-rempah untuk membuat hidangan ini sudah sulit ditemukan di Jakarta. Untuk membuat sayur babanci diperlukannya 21 jenis bahan, bumbu, dan rempah. Seperti, kedaung, botor, tai angin, lempuyang, temu mangga, temu kunci, dan bangle. Nah, beberapa rempah ini sudah termasuk langka.
Keunikan sayur babanci karena sayur babanci ini bukanlah sayur, bahkan tidak ada sayurnya sama sekali. Konon, nama babanci diambil dari sayur ini yang tidak jelas jenisnya karena tidak tergolong sebagai gulai, kare, maupun soto. Beberapa orang juga meyakini bahwa nama babanci diambil dari perpaduan antara babah dan enci yang karena makanan ini dulunya dibuat oleh peranakan Betawi-Tionghoa. Seperti kuliner Betawi pada umumnya, ketupat babanci juga mencermikan karakter masyarakat Betawi yang jenaka dan nyeleneh. Pendapat lain untuk nama babanci, selain dianggap tidak "berkelamin", ada juga yang beranggapan bahwa ketupat ini dulu adalah penganan favorit para banci atau waria.
Terlepas dari perdebatan namanya, sayur babanci atau ketupat babanci ini rasanya menyerupai gulai yang sangat dominan di aroma dan rasa rempah yang kuat. Daging yang digunakan dalam sayur babanci adalah bagian kepala sapi terutama pipinya, tetapi tidak termasuk lidah, otak, dan cingur. Untuk membuat sayur ini dibutuhkan keahlian khusus. Selain harus memberikan ramuan bumbu yang pas, juga membutuhkan kesabaran dalam pembuatannya. Hidangan sayur babanci kini mulai sulit ditemukan dan hanya ada pada acara-acara besar saja misalnya, hari ulang tahun kota Jakarta atau pesta kuliner yang hanya diadakan setahun sekali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H