(Untuk keponakanku yang cinta pantai: Lyris)
Lyris bermain pasir, sendiri
Siapapun tak bisa masuk dalam pikirnya saat ini
Ketika tangan lincah berkreasi
Hanya ada air asin di segala sisi
Aku tak pernah bosan dengan laut, ia berkata
Aku tak pernah bisa jauh dengan pantai
Ombak yang tinggi menjulang adalah nada
Tak pernah ada lagu di sana
Hanya satu lagu yang ada
Lagu yang dibuat manusia
Tuk sekedar menyakiti
Sakit yang tak habis-habis menggerogoti
Lyris bermain lagi
Membangun istana pasir
Atau sekedar membentuk gundukan
Yang penting baginya adalah bermain dan bermain
Tak terdengar oleh telinganya
Gemuruh capung besi mengitari
Tak terlihat juga olehnya, tikus-tikus tambun tertawa
Hendak mengeruk dinding pantainya
Memang, di laut dan pantai tak pernah ada lagu
Yang ada hanyalah nada
Jika memang ada lagu, mungkin itu hanya akan
Menyakiti pantai, laut, dan juga kita yang masih punya hati
Mengenang pantaiku, yang bukitnya kini mulai tergerus penambangan emas.
(Sore di sudut kamar, Juli ke-20)