Lihat ke Halaman Asli

Pagi Menyiramku dengan Kenangan

Diperbarui: 9 Juni 2016   22:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

pagi yang menyiramku dengan kenangan
 wangi namun terkadang juga busuk, namun selalu
 ada kerlip kecil yang tak pernah mati
 kenangan memang hanya akan berdiri di tepi

mengamati
 terkadang membuntuti
 untukku yang telah berkarat hati
 kan terbentuk bunga keropos lalu menjelma luka menganga

pagi menyiramku lagi, kali ini dengan gurauan
 tentang tawa masa lalu yang menutupi ratapan
 tentang rencana yang terkasih tuk membawa dua cawan
 dalam sekali tegukan

ah...hidup memang tak hanya untuk reguk
 segala aroma bernada legit rasa
 hidup juga untuk menangguk
 pahit, getir, juga sangit duka

tuhanku, kini aku di simpang jalan
 aku hanya memandang kasih dengan dua cawan
 mencoba menggebrak jaman dengan dukungan cawan-cawan
 tuk menyirami dunia walau hanya dengan setetes kebaikan

tuhanku, salahkah bila salah satu cawan bergolak?
 karena memang tak mungkin dalam gebraknya pada dunia
 kasih itu bisa menjaga cawan dalam genggam tetap tenang
 kecuali dia benar-benar makhluk yang tak bergerak

ah...tapi abaikan saja, itu hanya gurauan yang disiramkan pagi
 dan tuhanku, aku tahu kau punya jalan terbaik tanpa tapi
 aku percaya pada mu, tuhan
 dan aku juga percaya padanya

cahaya mu tak pernah salah
 menyusup dalam kalbu bersama lebur kisah
 menutup bara juga gelora nafsu yang salah
 ah...tuhan, aku hanya ingin bercinta dengan mu

karena cinta mu pasti dan tanpa tapi    

Juni ke-9
Na

Edisi puisi Romadlon

(Telah diposting di media lain dengan nama Great Learner)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline