Lihat ke Halaman Asli

[Fikber 2] Déjà Vu, Akhir yang Ternyata Awal

Diperbarui: 6 Desember 2015   12:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Aku masih hidup…!” jeritku kesal. Dasar hantu kenthir! Tubuh mereka yang aneh saja sudah menandakan bahwa mereka bukan manusia.

“Aku bukan hantu! Aku benar-benar masih hidup! Dasar...!” teriakku lagi

“Psst…! Dengar tuh, hantunya marah. Kamu sih pake bilang rumah ini berhantu segala,” ucap perawat yang hanya memiliki tubuh sebatas pinggul. Kepalanya yang menyantel di paha kiri bergoyang-goyang ketika berbicara.

Entah siapa sebenarnya yang tidak waras. Para perawat yang mempunyai tubuh separuh? Atau aku?

Kucubit pipi dan tanganku. Benar-benar sakit. Berarti memang aku tidak sedang bermimpi.

“KALIAN BENAR-BENAR MENYEBALKAAAAAAAN…!” teriakku dengan penuh kegusaran, membuat kedua perawat aneh tersebut lintang-pukang keluar kamar, meninggalkan ayah yang terus sibuk berkutat dengan bantal guling.

“Aku tidak mau datang lagi ke rumah itu. Hantunya benar-benar menakutkan! Dari teriakannya saja sudah mengandung hawa pembunuh yang mematikan,” ucap perawat separuh badan sambil melompat-lompat mendahului rekan sejawatnya.

“Aku juga. Walaupun diiming-imingi bayaran tinggi, aku tetap tak mau. Kapok!” timpal perawat sebatas pinggul sambil kerepotan mengatur tangannya yang tumbuh di dengkul agar tak menyerimpung saat berlari.

Nyaris saja aku terbahak, ketika ketukan halus di pintu membuatku terhenyak.

Ini kan kamarku? Tapi, bukankah rumahku sudah habis terbakar? Lalu perawat aneh yang aku lihat tadi apa?

Aku benar-benar tak habis pikir. Bukankah selama ini aku sendirian? Lalu siapa yang mengetuk pintu barusan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline