Hari-hari kau lalui dengan merangkai pilu
Kau tatap rembulan yang tak selalu purnama
Mengapa selalu aku yang diburu, tanyamu
Sejak saat itu kau hanya bisa berlari tanpa asa
Aku juga ingin hidup, teriakmu pada langit kelam
Hidup seperti apa, jawab tebing yang menggema
Hidup yang sebenarnya hidup, bukan fatamorgana
Hidup yang tak sekedar hidup, sahutmu muram
Kau pukul langit yang belum juga fajar
Kau tendang angin yang lewat menunggu pagi
Haruskah semua kau serang, tebing itu menggema lagi
Tahukah kau, serangan itu kan berbalik padamu lagi
Senggukmu hanya berakhir dalam dekap sunyi
Membawamu bercengkrama dengan diri
Memberimu waktu menemukan apa yang semestinya kau cari
Yang ada di suatu tempat, menanti untuk kau temui
Tak perlu kau menuntut dengan teriak
Tak perlu kau menyerang dan mendesak
Sebenarnya Ia sangat dekat dan selalu tahu
Ia juga tahu apa yang terbaik bagimu
Karena Dialah Sang Maha Penentu
Bercengkrama dengan diri sendiri, Juli ke-12
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H