“Semoga kau bermimpi indah, sayang.” Kuraba sekali lagi nisan itu, kemudian beranjak pergi.
***
“Ambilkan minum, cepat!” bentaknya
Kusodorkan segelas air, yang langsung dihabiskannya.
“Kau harus makan,” ucapku
“Kau cerewet sekali sih, aku tidak lapar!” teriaknya
“Tapi kau harus makan,” ucapku lagi, sambil memandangi tubuh ringkihnya yang tergolek di atas dipan di sudut ruangan.
“Krrriuuuk…!” sebuah suara nun jauh di kedalaman perutnya yang menyahut. Kupandang lagi wajahnya. Akhirnya dia mengangguk lemah.
“Impian terbesarku saat ini hanyalah, ingin segera mati…” ucapmu lesu.
Aku hanya tersenyum samar sambil tak berhenti menyuapinya.