Lihat ke Halaman Asli

Realita (Bagian Dua)

Diperbarui: 5 November 2020   19:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kanker? Takut nggak?"

"Nggak tuh, biasa aja."

"'Kan bisa buat kamu mati terus nggak bisa lihat aku lagi."

Jean terdiam. Lalu, sambungan telepon itu ia putuskan tiba-tiba. Kalimat Ello membuatnya berpikir, bisakah ia melihat sang kekasih itu dari dunia sana? Seperti yang ada di film-film. Sedetik kemudian, Jean kembali mengangkat telepon dari Ello.

"Aku tetep bisa liat kamu kok dari sana. Nggak bakal kangen."

"Oh iya? Bagus deh kalo gitu. Sekarang tidur gih, besok aku jemput jam 8."

"Dih males banget! Aku mau berangkat sendiri aja, lo. Dokternya mulai praktek jam 9 tau."

"Hmm iya iya oke. Dah, see u."

Suara Ello saat mengucapkan kata "see you" malam itu terus menganggu pikiran Jean. Membuat tidurnya tidak nyenyak dan akhirnya membangunkannya dari lelap lamanya setelah melakukan kemoterapi yang sudah ia lakukan entah berapa kali itu.

Sudah sekitar 3 bulan sejak Jean divonis kanker lambung dan kini kondisinya terus memburuk. Rumah sakit seakan telah menjelma menjadi kediamannya. Barang-barang kesukaannya sebagian kecil telah berada di kamar kecil berisi 2 pasien dari bangsal kanker. Kekasihnya, ayahnya, dan adiknya setiap hari bergantian menemani lelap Jean.

"Sebaiknya anda segera menghubungi keluarga anda, Tuan." Kata Dokter itu kepada Ayah Jean. Suasana seketika berubah. Semuanya diam kecuali alat bantu napas dan pemeriksa detak jantung Jean yang diharapkan akan terus berbunyi dan tak pernah berhenti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline