Lihat ke Halaman Asli

Nisa Striratna

Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi

Sepekan Dilalap Si Jago Merah Waspada, Paparan Polusi Gas SO2

Diperbarui: 25 Oktober 2023   00:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 sumber gambar : Balipostportalberita

Kebakaran melanda TPA Suwung, Denpasar, Bali sejak Kamis (12/10/2023) membuat warga sekitar tidak nyaman dan terancam paparan polusi gas SO2.

Walaupun upaya pemadaman terus dilakukan pemerintah instruksikan pengungsi terdampak kebakaran TPA Suwung dipulangkan ke daerah asalnya.

Upaya pemadaman si jago merah yang melalap TPA Suwung terus dilakukan. Dengan gencar BPBD Provinsi Bali terus berupaya dengan optimal, puluhan truk pemadam dikerahkan juga dilakukan water bombing dengan helikopter yang melintas di atas titik kebakaran. Berdasarkan informasi dari kepolisian kebakaran memang dipicu oleh ledakan gas metana akibat cuaca panas, dan membuat sampah-sampah kering diatasnya ikut terbakar.

Dilansir dari detik.com, kebakaran TPA Suwung telah berhasil berkurang sebanyak 30% pada 16/10/2023. Walaupun demikian upaya penanganan harus terus ditingkatkan lagi mengingat banyaknya warga sekitar yang terdampak peristiwa tersebut. Namun hingga kini kepulan asap tebal masih saja bermunculan dari sela-sela tumpukan sampah dan masih terus bersebar dan mencemari udara sekitar.

Pengujian laboraturium turut dilakukan pada minggu,15/10/2023 lalu, oleh Dinas ESDM Provinsi Bali pasca kebakaran melanda TPA Suwung, Denpasar. Hal ini dilakukan agar pemerintah lebih mudah menentukan langkah penanganan lanjutan yang tepat bagi warga sekitar. Setelah pengambilan sampel udara sekitar yang telah diuji, Dinyatakan bahwa gas SO2 dan CO2 telah melebihi baku mutu menurut kepala dinas Tenaga Kerja ESDM Provinsi Bali - I.B.Setiawan. Warga sekitar dihimbau untuk selalu menggunakan masker, minum air putih dan mengurangi aktifitas luar ruangan. Pemerintah Provinsi Bali juga telah membagikan vitamin dan masker gratis bagi penduduk sekitar TPA Suwung yang disalurkan oleh puskesmas setempat.

Kebulan asap yang telah meluas hingga ke permukiman membuat warga pendatang yang tinggal di sekitar TPA Suwung mengungsi. Beberapa diantara mereka mengalami batuk, sesak, bahkan merasakan tubuh yang tidak nyaman akibat dampak kebakaran yang terjadi. Hingga kini terpantau ada sekitar 63 pengungsi merupakan pendatang dari luar Bali. Pengungsi adalah pendatang yang mengais rezeki di TPA Suwung dengan memulung barang bekas dan sampah plastik. Terdapat balita, anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia yang turut mengungsi di kantor kelurahan serangan sejak 3 hari lalu. Pengungsi telah mendapat himbauan untuk dipulangkan oleh pemprov Bali. Pemerintah Provinsi Bali akan memfasilitasi kepulangan mereka namun, mereka memilih pulang ke kampung halaman dengan mengendarai sepeda motor dan akan kembali jika kebakaran TPA Suwung sudah pulih dan kosisi sudah 100% aman terkendali.

Kini alangkah lebih baik jika pemerintah juga segera mencari solusi untuk mencegah polusi udara menjadi lebih buruk. Melakukan optimalisasi dalam penanganan kebakaran yang menurut data baru terkendali sebanyak 30%. Pentingnya edukasi mengenai SOP penanganan dan perlakuan yang tepat ketika cuaca panas di TPA juga perlu dilakukan, karena seperti yang diungkap pihak kepolisian bahwa gas metana meledak adalah pemicu kebakaran ini terjadi. Sehingga penting untuk dilakukan peningkatan SOP pada seluruh TPA di Indonesia agar saat cuaca panas tidak sampai terjadi ledakan pada gas metana agar kejadian serupa tak terulang.

Bercermin dari kejadian ini, sebagai warga yang baik dan bijak kita juga patut mengevaluasi dan meningkatkan proses pengelolaan sampah berbasis sumber. Sehingga timbunan sampah-sampah rumah tangga tidak sepenuhnya tertimbun begitu saja di TPA. Pepatah mengatakan jangan sampai masuk ke lubang yang sama untuk kedua kalinya, kita gunakan peristiwa yang sudah terjadi sebagai cermin dan evaluasi untuk memperbaiki esok hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline