Saat pecinta hewan terkenal dengan anak bulu (anabul) mereka, maka pecinta tanaman populer dengan anak hijau miliknya. Sejak pandemi, banyak orang yang memulai berkebun di rumah.
Siapa sih yang tak tertarik dengan rimbunnya pot tanaman hias yang dengan cantik dan segarnya menghiasi media sosial para pemiliknya?
Saya mendapati ada beberapa travel blogger dan vlogger ternama yang bahkan banting setir dengan menjadi green influencer selama pandemi.
Selain tanaman hias, tanaman buah dan sayur juga kini naik daun sebagai isi kebun di rumah. Waktu yang sekarang lebih banyak dihabiskan di rumah membuat orang berbondong-bondong menanam bahan pangan agar tak perlu berulangkali ke pasar.
Saya termasuk orang yang sejak awal menjalani work from home sudah tertarik untuk berkebun. Inginnya sih bisa memiliki tanaman hias, buah, dan sayur.
Namun, hingga kini saya baru memiliki pohon cabai rawit. Itu pun dulu (tak sengaja) menanamnya dengan menebar biji cabai di tanah kosong dekat dapur.
Eh, sekali berbuah dan dipanen, pohon cabai rawit itu sudah game over, waduh! Padahal saya belum sempat memindahkannya ke pot.
Belajar dari pengalaman tersebut, saya pun lantas berguru ke para pemilik kebun yang sukses dengan anak hijau mereka. Maka, inilah sejumlah hal yang harus kita perhatikan sebelum berkebun (dengan semangat 45) agar hasil kebunnya sesuai dengan harapan.
Biaya: Tanaman hias vs buah dan sayur
Jika kantong kita tebal, membeli dan merawat tanaman hias yang (lumayan) mahal itu tak akan memberatkan. Cerita menjadi berbeda saat dana kita terbatas.