Selain ayam dan ikan, daging merah termasuk menu (favorit) manusia. Warna merahnya dan tekstur empuknya (juicy) membuat olahan daging begitu menggoda. Konsumsi daging pun kini sedang dinikmati setelah Ahad 11 Agustus 2019 ini Idul Adha dirayakan umat muslim sedunia.
Daging hewan kurban umumnya dibagikan selepas sholat Zuhur. Masyarakat bisa menerima daging kurban seperti sapi, kambing, dan domba. Di komplek orang tua saya bermukim, setiap rumah menerima jatah daging kurban tanpa memandang status SARA mereka.
Bagi umat muslim yang berkurban dan panitia kurban, jatah daging yang mereka terima (sedikit) lebih banyak daripada anggota masyarakat lainnya. Ini memang sudah sesuai dengan ketentuan agama Islam. Nah, daging kurban yang berlimpah ini idealnya diolah lebih bervariasi.
Saat saya perhatikan, daging kambing seringnya dimasak menjadi sate dan gulai. Lalu daging sapi diolah menjadi rendang, semur, maupun serundeng (digoreng bersama parutan kelapa kering). Apapun olahannya, hadirnya daging memang menggugah selera makan, setuju?
Jika ada yang penasaran, kenapa (harga) daging mahal? Sumber zat gizi protein untuk membangun sel-sel tubuh memang lebih berkualitas saat berasal dari pangan hewani daripada pangan nabati. Contohnya daging (susu), ikan, ayam (telur) vs kacang-kacangan (tahu, tempe).
Ini menjelaskan perbedaan nyata postur fisik seseorang yang banyak mengonsumsi protein hewani akan lebih tinggi dan berotot. Tinggi (plus berat) badan tertentu menjadi syarat utama ketika berprofesi menjadi anggota militer, pilot, pramugari, chef, atlet, dan sebagainya.
Nah, selain kaya protein dan lemak, daging juga berpotensi menimbulkan kanker setelah dimasak. Ohya kanker di sini di luar urusan "kanker" pada dompet (kantong kering) karena mahalnya harga daging hehehe... Panas pada daging saat memasak menghasilkan zat kimia HCA.
HCA (heterocyclic amines) adalah zat karsinogenik atau penyebab kanker. World Health Organization (WHO), sebagai Badan Kesehatan Dunia dari PBB, menggolongkan HCA sebagai zat karsinogenik dari pangan sumber protein hewani selain susu dan telur.
Suhu tinggi saat memasak daging, ayam, dan sebagian besar ikan membentuk senyawa HCA. Semakin panas suhunya, semakin banyak HCA terbentuk. Sayangnya, pangan sumber protein hewani tersebut tidak akan matang atau kurang lezat saat dimasak pada suhu rendah.
Solusinya adalah dengan memasukkan jenis bumbu dan rempah-rempah (spices) tertentu pada daging saat memasak. Bumbu dan rempah-rempah tersebut telah terbukti secara uji ilmiah dapat mengurangi kadar HCA pada daging hingga 100%. Tenang, mereka mudah didapat kok.
Lada Hitam (Black pepper) dan Bawang Putih (Garlic)
Menurut riset dari Kansas State University di Amerika Serikat tahun 2017, campuran lada hitam dan bawang putih pada daging steak mampu menurunkan kadar HCA. Caranya, permukaan daging dilumuri campuran keduanya sebelum proses pemanggangan/pembakaran.