Cincin logam jelas diinginkan dalam pernikahan. Harga emas yang terus naik dan diumumkan setiap hari tetap membuat orang membelinya. Tapi, bagaimana dengan info resmi bahwa daerah kita masuk dalam lokasi cincin api (the ring of fire)?
Letak geografis Indonesia inilah yang wajib diketahui oleh seluruh masyarakat Indonesia. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Indonesia termasuk bagian Cincin Api Pasifik. Maka itu, siaga bencana adalah suatu keharusan.1]
Cincin atau Lingkaran Api Pasifik adalah gugusan gunung api aktif, tak terkecuali di Indonesia. Dahsyatnya erupsi (letusan) Gunung Krakatau di Lampung tahun 1883 dan Gunung Merapi di Yogyakarta tahun 2010 bahkan menarik perhatian masyarakat global.
Lokasi cincin api juga berada di irisan 3 (tiga) lempeng tektonik dunia. Ketiganya yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Saat ada lempeng bumi yang bergeser, maka gempa bumi, tsunami, dan erupsi akan terjadi. Seram ya?
Layaknya "sedia payung sebelum hujan", kita sulit menentukan waktu pasti turunnya hujan maupun datangnya bencana. Tetapi, payung membuat kita tak basah kuyup saat hujan. Begitu pula dengan manajemen bencana agar kita siap untuk selamat.
Titik kritis dari manajemen bencana yaitu tersedianya informasi yang valid dan akurat. Jika informasi tak tepat, respon tindakan bisa menyesatkan dan bahkan membahayakan. Misalnya broadcast info via WhatsApp dari sumber yang tak jelas.
Di Indonesia, informasi pasti dan terpercaya terkait seluk-beluk bencana dapat diakses melalui situs dan media sosial BNPB. Penelitian Michigan State University di AS tahun 2015 menunjukkan strategisnya peran media sosial dalam manajemen bencana.2]
Penelitian tersebut mendapati pada tahun 2015, sejumlah penduduk Nepal belum mengalami gempa namun telah membaca cuitan (tweet) tentang gempa di daerah lain. Ternyata, beberapa menit setelahnya, mereka turut merasakan gempa.
Adanya tanda peringatan dini (early warning sign) jelas mengurangi dampak negatif bencana, terutama jumlah korban jiwa. Ilmuwan dari University of Colorado Boulder di AS pada Februari 2018 membuktikan manfaat ekonomi dari siaga bencana.3]
Riset itu mendapati, dari setiap dollar AS (US$1) anggaran untuk bangunan tahan bencana alam, pemerintah dapat menghemat sekitar US$6 (sekitar Rp.90.000) untuk setiap kerusakan. Contohnya antara lain hilangnya properti dan gangguan kesehatan.