Saat menjelang Lebaran lalu, pasar jelas menjadi tempat yang semakin ramai dikunjungi banyak orang. Baik itu pasar tradisional maupun pusat perbelanjaan (mal), keduanya menarik banyak pembeli selama Ramadan, apalagi setelah dana THR turun. Mulai dari bahan makanan untuk hidangan Lebaran hingga pakaian saat bersalam-salaman, pasar dan mal adalah lokasi nomor satu yang dituju.
Bagi konsumen yang berkantong tebal, pasar modern seperti supermarket lebih diminati karena bersih dan rapi. Becek dan bau amis khas pasar tradisional di sana takkan dijumpai. Belanja jelas bisa lebih nyaman, sekalipun dengan konsekuensi harus merogoh kocek lebih dalam. Lalu, bagaimana dengan konsumen yang penghasilannya pas-pasan? Haruskah pasar tradisional yang kumuh dan jorok menjadi (satu-satunya) alternatif tempat belanja? Kalau ya, kasihan betul!
Syukur Alhamdulillah, bagi warga Kota Bogor -- terutama sekitar daerah Ciomas dan Gunung Batu -- ada pasar tradisional yang berkualitas (hampir) internasional. Berlantai ubin, kios berjajar rapi, dan dekat dengan kantor kelurahan membuat Pasar Gunung Batu nyaman dan aman untuk didatangi. Lokasinya juga strategis karena berada di tengah Kota dan Kabupaten Bogor. Dari Dramaga (termasuk Kabupaten Bogor), sekitar 15 -- 30 menit dengan kendaraan pribadi atau angkutan umum. Stasiun Bogor pun hanya berjarak sekitar 10 -- 20 menit dari Pasar Gunung Batu. Pasar tradisional yang sudah mengalami modernisasi itu memang layak dikunjungi dengan senang hati. Bangunannya terdiri atas dua lantai yang berupa kios non pangan di lantai dasar dan kios pangan di lantai dua. Di depan pasar, terdapat sebuah halte umum.
Sekitar 4 -- 5 tahun lalu, Pasar Gunung Batu masih belum tertata rapi. Saya ingat betul saat berbelanja buah dan alat tulis di sana. Saya berjalan dengan berjingkat-jingkat di pasar yang minta ampun beceknya karena saat itu, saya memakai rok putih, ampun deh! Saya pun harus ekstra waspada dengan pencopet yang berkeliaran di pasar. Jadilah satu tangan mengangkat ujung rok, satu tangan lagi mendekap erat tas punggung di depan badan. Saat kantong belanjaan sudah di tangan, jadilah saya merelakan rok putih jadi bermotif titik-titik coklat cipratan becek di pasar. Mau bagaimana lagi coba?
Saya pun sempat ogah-ogahan saat akan menemani seorang rekan kerja yang hendak berbelanja di Pasar Gunung Batu. Sudah lama sekali saya tak berbelanja di Pasar Gunung Batu karena lebih memilih belanja di mini market atau warung tetangga. Namun, setelah dia bilang bahwa pasar itu tak becek lagi, saya otomatis penasaran. Maka sepulang dari tempat kerja, kami berdua pun bergegas menuju ke sana.
Ternyata, Pasar Gunung Batu memang telah menjelma menjadi pasar yang jauh lebih manusiawi karena tertata rapi. Otomatis saya terpana dibuatnya. Lenyap sudah pasar becek dan semrawut yang dulu menjadi ciri khasnya. Di lantai satu, saya melihat kios pakaian, mainan, dan toko emas. Tapi, karena senior saya di tempat kerja itu ingin berbelanja bahan ketupat sayur untuk acara buka bersama di komplek rumahnya, kami langsung menuju lantai dua yang berisi bahan makanan dan minuman.
Lantai dua Pasar Gunung Batu pun semakin membuat saya terkesima. Penjual sayuran, buah, ikan, daging, bumbu dapur, hingga makanan jajanan tradisional ada di sana dan tertata pula. Tak ada lagi bau pasar amis dan menyengat yang dulu pernah membuat saya mual dan pusing saat (terpaksa) berbelanja di sana. Pengunjung Pasar Gunung Batu bisa berbelanja dengan tenang dan senang tanpa takut kecopetan.
Penjual di Pasar Gunung Batu itu pun ternyata sudah berjualan di sana sejak masa ketika pasar belum diremajakan. Mereka mengakui, pasar yang bersih dan rapi jelas menambah jumlah konsumen, terutama anak muda. "Sekarang banyak orang bermobil (kaya) yang sekarang mau belanja di sini," ujar mereka senang. Selain itu, seringnya kunjungan media cetak maupun elektronik untuk meliput Pasar Gunung Batu yang telah di-make over itu juga membuat mereka semakin bangga berjualan di sana.
Semoga di tahun-tahun mendatang, semakin bertambah banyak pasar tradisional yang dikemas lebih modern. Saat pasarnya sudah rapi, pembelinya pun akan semakin bertambah dari hari ke hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H