Apa yang terbayang di kepala ketika mendengar kata ‘susu’? Susu lekat diasosiasikan dengan sapi, minuman, warna putih, dan bergizi tinggi. Itu karena sapi dikenal luas sebagai hewan ternak penghasil susu segar yang berupa cairan berwarna putih.
Adakah di antara Kompasianer yang pernah mencicipi susu sapi segar? Seingat saya, rasanya gurih dan asin serta bukannya manis. Ketika masih SD, almarhum nenek dan kakek saya di Solo rutin menyajikan segelas susu sapi segar yang baru saja diperah di pagi hari. Tentu saja, susu itu telah dididihkan dahulu sebelum diminum oleh para cucu yang sedang menghabiskan masa liburan. Selain gurih dan asin, menurut saya, rasanya juga cukup amis.
Namun, begitulah anak kecil. Ada waktunya saya dan para sepupu lainnya enggan meminum susu segar itu karena rasa dan aromanya membuat eneg (mual). Tapi, kegiatan bermain kami baru boleh dimulai setelah sapi diperah, lalu susunya dipanaskan, kemudian menunggu dulu sampai cukup hangat agar tak terlalu panas di lidah, untuk selanjutnya diminum sampai habis bis bis! Jikalau ada satu orang saja cucu yang tak menghabiskan susu segarnya, maka kami semuanya tak boleh bermain di sungai dan sawah terdekat. Padahal sebagai anak kota, bermain di alam perdesaan itu begitu menyenangkan.
Pernah para kakak sepupu saya sering menyiasatinya dengan merayu kakek dan nenek, “Dibungkus saja susunya supaya bisa dibawa main,” pinta mereka. “Ah, nanti kalian buang kalau sudah dingin,” ujar Eyang Putri (nenek). Tambah Eyang Kakung (kakek), “Susu segar harus langsung diminum waktu masih hangat. Kalau dingin, bisa basi.”
Kebayang kan repotnya jika hingga kini belum ada teknologi pengolahan susu sapi segar? Padahal susu termasuk sumber pangan yang kaya akan zat gizi yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Protein hewani yang banyak terkandung dalam susu berperan untuk optimalnya perkembangan dan pemeliharaan jaringan sel-sel tubuh. Nenek dan kakek saya yang merasakan pahitnya masa penjajahan Belanda sering mengatakan kepada para cucunya, “Kalau rajin minum susu, nanti bisa setinggi (badannya) dan sepinter wong londo (sepandai orang Belanda: istilah bahasa Jawa).” Maklumlah, di zaman Indonesia belum merdeka dulu, susu tergolong menu mewah yang hanya bisa dinikmati oleh segelintir kaum elit berduit.
Syukur Alhamdulillah, di era kemerdekaan Indonesia kini, susu sudah bisa dikonsumsi oleh siapapun dan di manapun. Rakyat biasa hingga kalangan penguasa sama-sama bisa menikmati segelas susu setiap harinya. Terlebih lagi dengan adanya teknologi pengolahan susu sapi segar yang disebut dengan Ultra High Temperature (UHT) yang banyak dipilih oleh produsen susu untuk menghilangkan kuman dan kotoran pada susu segar yang baru diperah dari sapi. Metode UHT memberikan beberapa keunggulan pada produk susu cair antara lain (1) aman untuk dikonsumsi karena sudah steril dari mikroba pembusuk, (2) aroma, rasa, warna, dan kandungan gizi susu segar tidak banyak berubah, (3) tahan lama tanpa bahan pengawet, dan (4) bisa dikonsumsi kapan dan di mana saja tanpa penyimpanan dingin atau tak harus ditaruh di kulkas.
Itulah mengapa, susu segar harus segera dipanaskan setelah diperah agar steril dan bisa aman ketika diminum oleh manusia. Namun, tentu saja, pemanasan yang dilakukan pada skala rumah tangga dengan kompor biasa – seperti yang dilakukan nenek dan kakek saya dulu – tidak akan mampu mengawetkan susu dalam jangka waktu lama. Proses pengolahan susu segar dengan metode UHT jelas memerlukan mesin khusus pada skala industri berupa pabrik besar yang berfasilitas lengkap dan canggih.
Masyarakat Indonesia dapat bersyukur dengan hadirnya produsen susu yaitu P.T. INDOLAKTO yang telah terpercaya kualitas sejak tahun 1967. Bagi penikmat produk susu, merk Indomilk pastinya telah akrab sehari-harinya. Susu dalam kemasan dari Indomilk membuat konsumsi susu kini semakin praktis dan ekonomis bagi setiap keluarga maupun individu setiap harinya tanpa harus ribet memeras susu dahulu #TetapMinumIndomilk
Terlebih lagi dengan hadirnya varian susu UHT 250ml dari Indomilk. Kemasannya yang ringan dan menawan itu cocok dibawa ke mana dan kapan saja. Rasanya pun bervariasi yaitu plain (tawar), coklat, dan strawberry. Saat sekolah dan kuliah dulu, saya ingat para guru dan dosen mengajarkan tentang konsep yaitu ‘4 Sehat 5 Sempurna’ (atau kini disebut ‘Pedoman Gizi Seimbang) yang terdiri atas nasi, lauk-pauk, buah, dan sayur, serta susu sebagai penyempurna menu bergizi untuk dikonsumsi.
Lalu, kenapa susu disebut sebagai pangan yang sempurna? Ini karena susu kaya akan protein dan beragam vitamin plus mineral penting yang sangat dibutuhkan manusia dalam proses metabolism tubuhnya sehari-hari seperti Vitamin A dan D, Kalsium, Fosfor, serta Zinc. Soal kehalalan, susu UHT 250ml dari Indomilk syukur Alhamdulillah telah mendapat sertifikat halal dari Komisi Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) pada September 2016 lalu. Maka, saya pun semakin yakin saat memasukkan sekotak susu UHT 250ml ke dalam tas setiap kali akan bepergian, mulai dari saat makan di luar rumah, ketika di lokasi pekerjaan, dan juga di dalam kendaraan.
Sedia Susu Saat Menikmati Makan di Restoran