Lihat ke Halaman Asli

Khairunisa Maslichul

TERVERIFIKASI

Profesional

Fasilitas Ini Harus dimiliki Kota Cerdas

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1432514180205522530

[caption id="attachment_419858" align="aligncenter" width="448" caption="Keempat anak ini asyik bermain ayunan di ruang hijau terbuka di Taman Malabar Kota Bogor (Dokpri)"][/caption]

Apa kesamaan Kota Bandung, Bogor, dan Surabaya?Sama-sama memiliki walikota yang berpikiran progresif dan visioner?Tepat sekali.Ridwan Kamil dari Paris van Java, Bima Arya di Kota ‘Buitenzorg’ Hujan, dan Tri Rismaharini dari Kota Arek-arek Surabaya termasuk pemimpin daerah yang paham betul tentang pentingnya fasilitas ini.Lalu, apakah fasilitas tersebut?

Bagi penggemar sinema Korea pasti sering melihat adegan ini.Pemeran utama pria dan wanita berjanji bertemu di taman kota selepas bekerja.Biasanya bukan hanya mereka berdua yang terlihat ada di sana. Banyak pula pasangan lainnya yang bersantai sejenak di taman kota setelah sore hingga malam hari.Kawan saya, Rani dan Miva, yang keduanya pernah ke Korea, berujar kepada saya, “Wah, kalau ke taman di Korea, mendingan bareng pasangan.Jangan sendirian deh.Biar lebih romantis karena di sana tamannya indah banget.”Saran yang harus dijalankan setelah menikah nanti #LiburanDenganPasangan

[caption id="attachment_419859" align="aligncenter" width="512" caption="Taman Film di Bandung yang dikunjungi Kompasianer selepas Nangkring PUPR, Kamis 7 Mei 2015 lalu (Dokpri)"]

143251434243227706

[/caption]

Apa karena itulah Ridwan Kamil membuat ‘Taman Jomblo’ di Bandung?Selain untuk paru-paru dan keindahan kota, mana tahu yang tadinya datang seorang diri ke sana, pulang-pulang sudah bisa menggandeng (calon) tambatan hati.Di Kota Bogor, tepatnya di seberang Tugu Kujang, kini tersedia bangku taman di pinggir yang bisa diduduki lebih dari satu orang.Bangku itu terletak sebelum jalur penyeberangan di bawah tanah yang menghubungkan mall Botani Square dan Kebun Raya Bogor.

Jika menyebut smart city atau kota cerdas, seringnya memang aspek kecanggihan fasilitas teknologi dan informasi (IT) yang otomatis terbayang.Memang tidak ada yang memungkiri saat suatu kota sudah sangat terintegrasi sistemnya di IT, segala urusan administrasi pemerintahan pasti akan lebih efisien dan efektif.Mulai dari E-KTP, E-Money, E-SPT Pajak, dan semua pelayanan birokrasi yang mengandalkan one stop service dengan kecanggihan komputer serta koneksi internet.

[caption id="attachment_419860" align="aligncenter" width="336" caption="Gedung Hotel Amaris Hotel milik Grup Kompas Gramedia yang terletak di depan Taman Malabar Kota Bogor (Dokpri)"]

1432514544163284450

[/caption]

Ternyata, menurut INTELI (Intelegencia em Inovacao, Centro de Inovacao) dari Portugal, ada perbedaan signifikan antara ‘kota digital (digital city)’ dengan smart city.Digital city lebih menitikberatkan pada aspek kelengkapan fasilitas IT di suatu kota untuk meningkatkan kualitas hidup warganya.Sementara itu, konsep kota cerdas lebih menyeluruh atau holistik karena meliputi aspek fisik maupun non-fisik pada satu kota.

Menurut obyektif Kompas ITB Maturity Model untuk kota cerdas, ada tiga aspek yang bisa diukur dari suatu kota yaitu smart economy, smart social, dan smart environment.Ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.Maka itulah, menurut saya, fasilitas ruang hijau terbuka yang layak dan memadai di suatu kota dapat dijadikan salah satu indikator kota cerdas.Bentuknya dapat berupa taman dan lapangan kota.

[caption id="attachment_419861" align="aligncenter" width="512" caption="Berolahraga sambil menikmati sejuknya udara di Lapangan Sempur Kota Bogor (Dokpri)"]

14325147581832459853

[/caption]

Lokasi domilisi saya di Bogor berada tak jauh dari Kebun Raya Bogor.Makanya. saya bersyukur sekali bisa tinggal di daerah yang sejuk sekalipun berlokasi di pusat kota.Taman Malabar, Taman Kencana (Taken) dan Lapangan Sempur juga berada di sekitar saya tinggal.

[caption id="attachment_419875" align="aligncenter" width="512" caption="Seorang balita belajar berjalan pada rerumputan di Lapangan Sempur Kota Bogor (Dokpri)"]

1432516585963455588

[/caption]

Setelah saya perhatikan, keberadaan ruang hijau terbuka di Kota Bogor tersebut ternyata terbukti memberikan manfaat baik secara ekonomi, sosial, dan lingkungan.Sama halnya dengan taman kota di Korea yang menjadi obyek pariwisata dan lokasi pembuatan film, Taman Malabar, Taken, dan Lapangan Sempur juga menjadi magnet untuk kegiatan ekonomi.Hotel, factory outlet (FO), dan wisata kuliner yang sebaiknya harus dikunjungi saat di Kota Bogor berada di sekitar lokasi ketiga ruang hijau terbuka.Hotel Amaris di depan Pintu 3 Kebun Raya Bogor yang merupakan budget hotel milik Grup Kompas Gramedia bahkan terletak di depan Taman Malabar.

[caption id="attachment_419862" align="aligncenter" width="384" caption="Warung Steak & Ribs di dekat Taman Malabar yang berbentuk bangunan tradisional (Dokpri)"]

14325148641572055907

[/caption]

Di Taman Kencana, kita bisa menemukan berbagai wisata kuliner yang bangunannya berupa rumah kuno tempo doeloe.Mulai dari Waroeng Taman, Makaroni Panggang, Café De Colonial, dan lainnya.Saya mengapresiasi para pemilik wisata kuliner di sekitar Taman Kencana dan Malabar yang lebih memilih untuk tetap mempertahankan bangunan aslinya dari dibanding merenovasinya menjadi bentuk yang lebih modern.

Nah, di Lapangan Sempur, pengunjung bisa mencicipi kuliner lokal dan tradisional.Ada cerita lucu saat saya membeli kue yang terbuat dari tepung beras dicampur kelapa dan bertabur gula pasir saat berolehraga pagi di Lapangan Sempur.Di Jakarta, saya biasa menyebutnya sebagai Kue Pancong.Tapi, teman saya, Lia, yang lahir dan besar di Bogor, bersikukuh menyebutnya sebagai Kue Bandros.Sama-sama ngotot dengan pendapat masing-masing, bertanyalah kami berdua kepada si penjual pancong alias bandros.Jawab si bapak sambil tersenyum simpul, “Dua-duanya bener, Teh.Tergantung daerahnya aja.Di Jawa, namanya jadi Kue Ranggi atau Rangin.”Oalah! Ternyata ini hanya masalah beda nama saja toh.

[caption id="attachment_419863" align="aligncenter" width="512" caption="Ki-Ka: Penjual gulali, pepaya, dan kue pancong atau bandros atau rangin di Lapangan Sempur Kota Bogor (Dokpri)"]

14325150331147621634

[/caption]

Dua tiga langkah dari penjual kue pancong/bandros/ranggi/rangin, ada pula penjual gulali atau sering disebut anak kecil dengan nama permen rambut nenek.Penampilannya yang warna-warni seperti pelangi jelas menarik hati para buah hati.Saya lantas berpikir, jika pedagang makanan tradisional – yang mayoritas adalah pedagang kecil - diberi tempat untuk berjualan di ruang hijau terbuka di satu kota, otomatis akan meningkatkan taraf kehidupan ekonomi mereka.

[caption id="attachment_419864" align="aligncenter" width="512" caption="Ayah: "]

14325152542129669978

[/caption]

Secara sosial, ruang hijau terbuka di satu kota tentunya dapat menjadi tempat berkumpul para warganya untuk bersosialisasi.Saat ke Bandung untuk menghadiri Nangkring Kompasiana dengan PUPR tentang Teknologi Permukiman, selepas acara rampung, para Kompasianer berfoto bersama di Taman Film.Memang sore itu, tidak ada film yang sedang diputar.Namun, taman yang beralaskan karpet mirip rumput itu benar-benar nyaman untuk disinggahi.



Setiap kali saya mengunjungi Taman Malabar, Taken, dan Lapangan Sempur, pengunjung umumnya lebih asyik bercengkerama dengan bertatap muka bersama keluarga, teman, pasangan, maupun rekan.Selain itu, ada pula yang berjalan santai, berolahraga, atau sekedar cuci mata sambil menikmati segarnya udara Kota Bogor.Saya melihat sendiri, beberapa ayah yang berolahraga dengan buah hati mereka di Lapangan Sempur.

[caption id="attachment_419871" align="aligncenter" width="512" caption="Peserta senam pagi massal di Lapangan Sempur Kota Bogor. Satu, dua, tiga, ayo olahraga bersama! (Dokpri)"]

1432516180439014242

[/caption]

Sekalipun tidak bisa sering-sering, saya yakin, kenangan para ayah yang meluangkan waktu mereka di akhir pekan tersebut akan membekas selamanya sebagai kenangan manis bagi anak-anaknya.Anak-anak yang bahagia tersebut nantinya akan menjadi warga kota cerdas yang merawat dan menjaga ruang hijau terbuka mereka untuk generasi penerusnya agar selalu dapat merasakan kenyamanan di kotanya.

[caption id="attachment_419867" align="aligncenter" width="512" caption="Senangnya jalan-jalan naik sepeda dan bermain bola bersama ayahanda tercinta di Lapangan Sempur Kota Bogor (Dokpri)"]

14325156091285173679

[/caption]

Tetap saja sih ada yang membawa smartphone mereka.Tapi, lebih untuk menikmati alunan musik saat berolahraga sendirian.Pasti jika bersama orang lain, akan terasa lebih menyenangkan jika menikmati ruang hijau terbuka sambil bercakap-cakap daripada hanya fokus ke gadget secanggih apapun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline