Lihat ke Halaman Asli

Khairunisa Maslichul

TERVERIFIKASI

Profesional

Mana yang Lebih Terkenal, BKKBN atau Programnya?

Diperbarui: 17 Juni 2015   21:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14129310481593926515

Ternyata, program KB jauh lebih populer daripada BKKBN.Kesimpulan menarik tersebut saya peroleh setelah menanyakan tentang BKKBN kepada sejumlah orang. Hasil temuan itu membuat saya lalu memutuskan untuk melakukan survei kecil terhadap para mahasiswi dari dua kampus di Bogor mengenai BKKBN.Bagaimana hasil dari penelitian sederhana tersebut? Berikut ini liputannya.

[caption id="attachment_365405" align="aligncenter" width="420" caption="Penulis sedang menerangkan cara pengisian kuesioner penelitian tentang BKKBN kepada para mahasiswi (Dokumen pribadi)"][/caption]

Penulis sedang menerangkan cara pengisian kuesioner penelitian tentang BKKBN kepada para mahasiswi (Dokumen pribadi)

Penelitian tentang Pengetahuan Kependudukan

Sebelum melakukan penelitian, saya sebelumnya bertanya secara informal kepada keluarga, teman, dan rekan kerja tentang BKKBN, Bonus Demografi, dan GenRe (Generasi Berencana).Jawabannya beragam, dari mulai yang serius hingga gurauan.Untuk BKKBN, mayoritas mengetahui tentang program KB.Tak sedikit pula yang bercanda dengan menyebut KB sebagai Keluarga Besar. Namun, sebagian besar tidak mengetahui kepanjangan BKKBN maupun status kelembagaannya.

Saat ditanya mengenai Bonus Demografi, masih banyak orang yang ternyata baru pertama kalinya mendengar istilah tersebut.Bahkan ada yang berseloroh dengan menjawab bahwa yang mereka tahu adalah bonus tengah dan akhir tahun – selain gaji bulanan - dari kantor mereka.Ada juga yang mengira istilah Bonus Demografi termasuk istilah politik karena terkecoh dengan kata ‘demo’.

Selanjutnya dengan program GenRe dari BKKBN, jawaban spontan mereka adalah genre sama dengan aliran atau jenis, terutama musik.Saat ditambahkan informasi bahwa Genre merupakan program BKKBN, kejadiannya mirip dengan Bonus Demografi.Kedua istilah itu ternyata masih belum terlalu terdengar gaungnya di kalangan masyarakat luas.

[caption id="attachment_365406" align="aligncenter" width="420" caption="Para mahasiswi yang menjadi responden penelitian tetap semangat mengisi kuesioner sekalipun duduk di lantai (Dokumen Pribadi)"]

1412931205323286731

[/caption]

Para mahasiswi yang menjadi responden penelitian tetap semangat mengisi kuesioner sekalipun duduk di lantai (Dokumen Pribadi)

Oleh karena itu, pada hari Selasa dan Rabu, 7 dan 8 Oktober 2014, saya melakukan penelitian kecil dengan membagikan kuesioner berisi 20 pertanyaan singkat tentang BKKBN, Bonus Demografi, dan Genre, kepada sebanyak 38 orang mahasiswi.Responden penelitian saya mengenai kependudukan tersebut berasal dari Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Tazkia dan Institut Pertanian Bogor (IPB) di Bogor.

Sebagai seorang akademisi, awalnya saya berharap dapat menyebarkan kuesioner kepada lebih banyak lagi mahasiswa.Namun, keterbatasan waktu membuat saya akhirnya mengambil jalan tengah yang realistis sekaligus tetap teoritis.Menurut Gravetter dan Forzano dalam buku Research Methods for The Behavioral Sciences (2012), semakin besar jumlah dan ukuran sampel penelitian, maka semakin besar pula keterwakilan suatu populasi yang diteliti.Selain itu, nilai keakuratan jumlah sampel penelitian meningkat secara signifikan ketika jumlahnya bertambah dari 4 hingga 16 lalu ke 25. Namun, setelah melewati angka 25, level akurasi menurun perlahan dan cenderung stabil serta mendatar.Maka itulah, para peneliti lalu banyak yang menggunakan angka 25 atau 30 sebagai batas minimal jumlah sampel yang representatif dalam suatu penelitian.

KB Lebih Dikenal daripada BKKBN

Alasan saya hanya menyebarkan kuesioner tentang BKKBN kepada sejumlah mahasiswi karena selama ini KB memang lebih identik dengan kaum perempuan.Faktanya di masyarakat, alat kontrasepsi memang lebih banyak diperuntukkan bagi para istri dan ibu.

Para mahasiswi yang menjadi sampel penelitian ini ternyata sebagian besar termasuk hasil program KB yang sempat sukses dan populer di era Orde Baru.Mereka lahir pada era Pelita VI yang dimulai tahun 1993 hingga 1998.Hal ini bisa terlihat dari rataan usia mereka yaitu 18 tahun dan jumlah saudara kandung yang mereka miliki sebanyak 2 orang atau 2 hingga 3 orang anak per keluarga.

Suksesnya program KB tersebut bisa jadi juga terkait dengan tingginya tingkat pendidikan orang tua para mahasiswi karena kemungkinan besar mereka menikah setelah lulus SMU.Tingkat pendidikan terakhir dari mayoritas ayah maupun ibu mahasiswi adalah SMU.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian UNICEF tahun 2006 dan dimuat dalam artikel jurnal ilmiah Sari Pediatri, Volume 11, Nomor 2, Agustus 2009.Menurut penelitian yang dikutip oleh peneliti dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran dan RS Hasan Sadikin Bandung, Eddy Fadlyana dan Shinta Larasaty, “pernikahan di usia dini umumnya berhubungan erat dengan rendahnya tingkat pendidikan.Semakin muda usia menikah, maka semakin minim tingkat pendidikan yang dapat dicapai seorang anak. Pendidikan yang lebih tinggi cenderung membuat seseorang menunda waktu pernikahannya.”

Temuan menarik dari hasil penelitian ini adalah para mahasiswi ternyata jauh lebih familiar dengan program dan slogan KB yang lama, Dua Anak Lebih Baik, daripada tentang BKKBN sebagai badan pengelola program KB.Saat ini, slogan KB kembali menjadi Dua Anak Cukup.Para mahasiswi juga hanya sedikit (37 persen) yang mengetahui dengan tepat kepanjangan BKKBN yaitu Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

Mereka pun masih banyak yang belum mengetahui (92 persen) bahwa BKKBN akan berubah menjadi Kementerian Kependudukan di kabinet pemerintahan Jokowi dan Jusuf Kalla pada tahun 2014 – 2019 mendatang.Berikut ini adalah tabel yang memuat data karakteristik keluarga dan jawaban mahasiswi tentang BKKBN beserta program KB.

Rataan Profil Keluarga Mahasiswi

No

Karakteristik

Rataan

1

Asal Daerah

Jawa Barat

3

Usia Mahasiswi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline