[caption id="attachment_361195" align="aligncenter" width="289" caption="Mari Belajar Keuangan Sejak Dini (www.aafcu.com) "][/caption]
“Belajar di waktu kecil, ibarat mengukir di atas batu.Belajar di waktu tua, ibarat mengukir di atas pasir.” Memang “tidak ada kata terlalu muda untuk belajar, ”tak terkecuali belajar keuangan atau edukasi finansial.
Setiap orang tua pasti mendambakan anak-anak yang memiliki kemandirian finansial ketika mereka sudah dewasa.Sayangnya, harapan mulia itu terkadang tidak disertai dengan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.Bahkan banyak pula orang tua yang lebih memikirkan gengsi saat mengelola keuangan buah hati mereka.Kompasianer Tubagus Encep mengupas fenomena menarik tentang hubungan antara gengsi dan tabungan sekolah anak.
Meskipun orang tua tak harus bermimpi muluk menjadikan anak-anak mereka sebagai jutawan masa depan, tak ada salahnya untuk belajar dari pengalaman Warren Buffet yang telah berinvestasi sejak usia 11 tahun.Hebatnya, investor tersukses di abad ke-20 itu tetap hidup sederhana walaupun bergelimang harta.Dari dalam negeri, ibunda pengusaha sukses, Sandiaga Uno, Mien R. Uno, bertutur bahwa sejak masih SD, Sandi sang putra bungsu, telah menjual stiker dan kaos kepada teman-temannya
[caption id="attachment_361196" align="aligncenter" width="440" caption="Belajar Mengelola Keuangan untuk Masa Depan yang Lebih Baik (moneysmarts4kids.com)"]
[/caption]
SEKARANG adalah kata kunci penentu kesuksesan edukasi finansial sejak dini.Memulai suatu kebiasaan memerlukan kemauan yang luar biasa besar.Namun, mempertahankan kebiasaan – terutama kebiasaan baik – jelas melibatkan waktu panjang dan perjuangan yang tak kenal henti.Secara garis besar, edukasi finansial meliputi lima aktifitas yaitu Donation (Beramal), Earning (Menghasilkan), Investing (Berinvestasi), Saving (Menabung), dan Spending (Membelanjakan).Berikut ini adalah kiat-kiat praktis yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam edukasi finansial sejak dini.
1.Belajar angka dan Beramal pada usia batita (0 – 3 tahun): Masa dua tahun pertama anak merupakan golden moment karena pesatnya pertumbuhan dan perkembangan hidupnya.Anak mulai bisa diajarkan konsep angka secara sederhana dan menyenangkan melalui permainan interaktif.Selain itu, anak juga sebaiknya sudah dikenalkan dengan konsep beramal (charity).Semakin dini anak belajar berempati, semakin mudah ia mengembangkan kepedulian sosial saat dewasa kelak.
2.Mulai menabung danberbelanja saat usia balita hingga TK (4 – 6 tahun): Biasakan anak untuk menabungkan sebagian uang sakunya ketika memasuki sekolah.Anak bisa mulai menabung di rumah dengan menggunakan celengan yang beraneka ragam bentuk dan warnanya.Orang tua juga dapat mengenalkan anak tentang konsep keuangan dalam kehidupan sehari-hari dengan mengajaknya berbelanja ke pasar tradisional dan supermarket.
3.Mengelola dan menghasilkan pendapatan dari hobi ketika usia SD (7 – 12 tahun): Saat ini, sudah banyak bank yang menawarkan fasilitas tabungan untuk si junior.Anak SD sebaiknya mulai diberikan uang saku secara berkala mulai dari 1x/2 hari, 1x/seminggu, 1x/10 hari, 1x/2 minggu, dan seterusnya serta belajar membuat laporan ringkas keuangan.Para ayah dan bunda juga harus selalu sadar bahwa tabungan yang dibuka anak mereka – bukan asuransi pendidikan dan kesehatan yang disiapkan orang tua sejak anak lahir – harus diisi sendiri dan sesuai kemampuan anak.Selain menabung, anak SD juga bisa mulai menghasilkan uang mereka sendiri melalui hobi dan minatnya, misalnya mengikuti kompetisi.Uang itulah yang nantinya akan dipakai untuk mengisi tabungan di bank atau membeli gadget pertama mereka, bisa berupa HP maupun laptop.
4.Belajar Berbisnis dan dan berinvestasi jangka panjang mulai usia SMP (13 – 15 tahun): Tentunya, tetap dengan pengawasan dan bimbingan orang tua, hobi dan minat anak yang dimulai saat SD dapat dikembangkan menjadi bisnis saat anak beranjak remaja. Patut diingat, laba bukanlah hal utama dan satu-satunya yang hendak diraih saat anak mulai berbisnis.Orang tua tetap masih wajib membiayai pendidikan sang anak secara layak dan memadai.Pembentukan karakter (character building) pada anak seperti tanggung jawab, mandiri, konsisten, dan inovatif adalah beberapa nilai-nilai mulia yang wajib diajarkan orang tua saat anak mengawali bisnis pertamanya.
5.Menyiapkan dana dan biaya hidup saat kuliah sejak usia SMU (16 – 19 tahun):Saat SMU, anak harus sudah diberi tahu tentang gambaran nyata tentang dana dan biaya hidupnya saat memasuki bangku kuliah.Hal ini sangat penting untuk dilakukan sehingga anak menjadi lebih termotivasi dan bersungguh-sungguh ketika menjalani perkuliahannya.Jika anak sudah berbisnis sejak SMP, keuntungan bisnisnya dapat digunakan untuk membiayai kuliahnya.Selain dari bisnis, orang tua dapat mendukung anak untuk memperoleh beasiswa kuliah melalui jalur prestasi, baik secara akademik dan non-akademik.
6.Mengembangkan bisnis atau bekerja paruh waktu saat menjadi mahasiswa (20 – 25 tahun): Mahasiswa yang terbiasa bekerja keras dan mandiri sejak dini tentu akan lebih mudah dan terampil mengelola pendapatannya selepas kuliah.Kemungkinan besar, mereka akan membiayai sendiri pernikahan dan rumah tangganya tanpa harus terus merepotkan kedua orang tuanya.
[caption id="attachment_361197" align="aligncenter" width="300" caption="Orang Tua adalah Pendidik Keuangan Paling Berpengaruh untuk Anak (blog.betterfinancialeducation.com)"]
[/caption]
Intinya, edukasi finansial sejak dini adalah mengajarkan dan menanamkan anak tentang pentingnya kedisplinan dan konsistensi dalam mengelola keuangannya mulai dari awal anak mengenal uang.Hal itu pula yang akan dijumpai seseorang saat menggunakan jasa keuangan yang dilakukan secara individu maupun dalam bentuk institusi, termasuk dalam Sun Life Financial.Rencana Ekstra Dini, Scholar in Safe, Edu Care, Junior Study Plan, merupakan sebagian contoh dari produk-produk jasa keuangan yang dikelola Sun Life Financial di Indonesia.Seseorang yang cerdas mengelola keuangannya pastinya terkait erat dengan peran dan pengasuhan orang tua yang juga melek finansial.Semoga para Kompasianer termasuk ke dalam kategori orang tua atau calon orang tua yang bijak dalam pengelolaan keuangan.
Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H