Lihat ke Halaman Asli

Khairunisa Maslichul

TERVERIFIKASI

Profesional

Sabar di Jalan, Separuh Hati Tertinggal di Yogya #3

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14179224351778530360

Lalu lintas yang padat namun tetap bersahabat.  Begitulah kenangan saya tentang jalan raya di Yogya selama 3 hari mengikuti Blog Trip JNE bersama Kompasianer, 28 sampai dengan 30 November 2014.

Saya terbiasa dengan jalan raya di Jakarta, Bogor, dan Tangerang yang padat dan seringnya tidak bersahabat. Suara klakson berulang kali sudah lumrah terdengar di 3 kota yang sering saya singgahi tersebut.

Makanya saya langsung tercengang sekaligus salut ketika 2 kali mengalami sendiri saat supir bus pariwisata dari Werkudara Travel di Yogya tidak membunyikan klakson sekalipun sedang terburu-buru.  Pertama, saat bus melaju dari Gunung Kidul setelah wisata alam di Gua Pindul dan Sungai Oya menuju Hyatt Hotel.

Saya lupa kami persisnya ada di jalan apa di Yogya sekitar jam tujuh malam saat itu.  Namun, jalannya memang tidak lebar sehingga bus sulit menyalip becak di depannya yang berjalan tepat di tengah jalan.  Saya sempat menduga - karena kami juga dikejar waktu untuk dinner dengan dewan direksi JNE - supir bus akan mengklakson tukang becak, ternyata?

Akhirnya supir becak yang menepi sendiri dengan mengayuh becaknya setelah dia menyadari ada bus besar di belakangnya tanpa harus sang supir bus mengklaksonnya berkali-kali.  Wah, fenomena itu langka sekali saya temukan di tempat lain.

Kedua, lagi-lagi saat pulang dari Hyatt Hotel Yogya menuju Eastparc Hotel sekitar jam setengah sembilan malam, supir bus sabar menanti pengendara sepeda yang sedang berjalan di depannya.  Pengendara sepeda itu seorang anak perempuan berjilbab.  Sepertinya dia baru saja pulang setelah belajar bersama atau les di suatu tempat karena keranjang depannya penuh buku-buku.  Tanpa sekalipun mengklakson sang gadis muda, pak supir bus baru melaju setelah pengendara sepeda itu menepi ke pinggir, sama seperti tukang becak di awal perjalanan.

Seandainya semua pengemudi bisa sabar mengantri dan tertib mengemudi di jalan seperti di Yogya, tentunya kecelakaan lalu lintas bisa berkurang dengan sangat signifikan. Saya juga kagum dengan bangunan toko yang rapi di kanan-kiri jalan.  Seingat saya, saya tidak menjumpai pedagang kaki lima yang berjualan dengan semrawut di pinggir jalan, termasuk di daerah pasar.

Tulisan dan koleksi foto-foto lalu lintas di Yogya ini menutup rangkaian reportase saya untuk Blog Trip JNE bersama Kompasiana. Reportase lainnya tentang perjalanan perdana saya selama di Yogya bersama JNE dan Kompasiana dapat dibaca di tautan artikel yang tertera di bawah.

Yang pasti, separuh hati saya sudah tertinggal di Yogya yang begitu tertata dan berbudaya bagi saya.  Kelak saya akan segera mengunjungi Yogya untuk kedua kalinya bersama suami dan keluarga kami tercinta.

[caption id="attachment_381196" align="aligncenter" width="300" caption="Operasi Zebra Progo 2014: Taat Aturan Agar Nyaman di Jalan (Dokpri)"][/caption]

[caption id="attachment_381197" align="aligncenter" width="300" caption="Merah Hitam Putih Rambu Lalu Lintas di Yogya (Dokpri)"]

1417922574440203214

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline