Seni merupakan hasil bisikan hati seniman, menanggapi fenomena sosial yang ada, dimana bisikan hati didedikasikan untuk mengungkapkan segala perasaan dan pikiran dalam bentuk kreatif sebagai kontribusi kepada masyarakat atau masyarakat pada umumnya. Realitas karya seni biasanya diwujudkan dalam pikiran, ucapan, tulisan, perilaku. Yang mana diantaranya menghasilkan karya seni material seperti lukisan, patung, bangunan hingga relief-relief.
Hindarto (dalam Soebroto, 2012, hal. 17) Candi adalah hasil visualisasi manusia. Ditemukannya percandian seperti Candi Prambanan di wilayah Jawa Tengah, adalah satu diantara banyaknya peninggalan kerajaan dan keagamaan yang tidak hanya memiliki nilai estetika, pahatan yang rumit dan arsitektur yang megah, melainkan juga kehadiran nilai-nilai sejarah dan pengalaman spiritual yang utama.
Candi Prambanan atau Candi Roro Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah. Kompleks candi ini terletak di kecamatan Prambana Desa Bokoharjo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dan kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah.
Arsitektur candi Prambanan berpedoman kepada tradisi arsitektur Hindu yang berdasarkan kitab Wastu Sastra. Denah candi megikuti pola mandala, sementara bentuk candi yang tinggi menjulang merupakan ciri khas candi Hindu. Prambanan memiliki nama asli Siwagrha dan dirancang menyerupai rumah Siwa, yaitu mengikuti bentuk gunung suci Mahameru, tempat para dewa bersemayam. Seluruh bagian kompleks candi mengikuti model alam semesta menurut konsep kosmologi Hindu, yakni terbagi atas beberapa lapisan ranah, alam atau Loka.
Candi Prambanan mempunyai latar belakang Agama Hindu. Hal ini dilihat dari temuan-temuan arca yang ada. Candi Prambanan sebagai salah satu peninggalan yang bercorak Hindu terikat oleh parameter estetika yang ada pada ruang dan waktu tertentu.
Dalam estetika Hindu, dikenal rumusan bahwa suatu hasil seni untuk bisa dikatakan indah dan berhasil harus memenuhi enam (sad) syarat atau perincian (angga), karena itu rumusannya disebut sad-angga. Di antaranya adalah:
Rupabheda, artinya pembedaan bentuk. Maksudnya adalah bahwa bentuk-bentuk yang digambarkan harus dapat segera dikenali karakteristiknya yang berbeda antara satu dengan lain oleh orang yang melihatnya;
Sadrsya, artinya kesamaan dalam penglihatan. Maksudnya adalah bahwa bentuk-bentuk yang digambarkan harus sesuai dengan ide yang dikandung di dalamnya;
Pramana, artinya sesuai dengan ukuran yang tepat. Di samping itu, juga menuntut dipakainya pola-pola bentuk yang tepat dalam penggambaran menggunakan pola-pola bentuk yang sudah ditetapkan;
Wanikabangga, yaitu penguraian dan pembuatan warna yang berhubungan dengan lambang-lambang tertentu