Lihat ke Halaman Asli

Anisah

Mahasiswa

Media Digital dan Pengaruhnya Terhadap Dinamika Opini Publik dalam Politik

Diperbarui: 26 Desember 2024   23:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Media digital ialah mencakup segala bentuk media yang dikembangkan, diproduksi, disimpan, dan disebarkan dengan memanfaatkan teknologi digital. Berbeda dengan media tradisional seperti surat kabar, radio, atau televisi, media digital juga beroperasi melalui perangkat elektronik dan jaringan internet, yang memungkinkan penyebaran informasi dengan cepat, interaktif, dan dalam berbagai format lainnya, mulai dari teks, gambar, audio, video, hingga elemen interaktif seperti grafik dinamis dan realitas. Contoh media digital termasuk platform media sosial, situs web, aplikasi, layanan streaming, podcast, serta beragam teknologi lainnya yang mendukung penyampaian konten secara elektronik.

Keunggulan utama dari media digital terletak pada sifatnya yang fleksibel, efisien, dan memiliki jangkauan global. Dengan media digital ini, informasi kini dapat diakses secara langsung oleh individu dari beragam latar belakang yang berbeda di seluruh dunia, melampaui batasan geografis dan waktu. Hal ini juga menjadikan media digital sebagai alat revolusioner dalam membangun koneksi dan komunikasi antar individu maupun kelompok. Selain itu, media digital memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga sebagai produsen konten, yang memungkinkan terwujudnya komunikasi dua arah yang lebih dinamis dan partisipatif.

Selain itu media digital juga memiliki kemampuan untuk menyajikan informasi dalam berbagai bentuk sekaligus. Misalnya, sebuah artikel berita dapat dilengkapi dengan video, grafik interaktif, dan link ke sumber-sumber lain yang relevan, memberikan pengalaman yang lebih lengkap bagi pengguna. Selain itu, media digital memungkinkan pengguna untuk menyesuaikan konten yang mereka terima berdasarkan minat atau kebutuhan pribadi mereka, yang umumnya didukung oleh algoritma kecerdasan buatan.

Seperti era digital yang semakin maju ini, Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah pengguna internet yang sangat besar dan telah mengalami transformasi signifikan dalam pola komunikasi politiknya. Media digital, dengan segala keunggulannya, dapat mengubah cara kita sebagai masyarakat untuk memperoleh informasi, menyampaikan pendapat, dan untuk membentuk opini publik. Perubahan ini dapat membawa kita ke dampak yang mendalam terhadap dinamika politik di tanah air ini, menciptakan peluang sekaligus tantangan bagi berbagai pihak yang terlibat dalam proses politik ini.

Salah satu nya yaitu pada aspek utama dalam komunikasi politik di Indonesia adalah dimana peran media digital yang semakin dominan ini. Sebelumnya, media tradisional seperti televisi, radio, dan surat kabar menjadi sumber utama informasi politik. Namun, karena perkembangan teknologi digital telah menggeser pola konsumsi informasi masyarakat. Media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan YouTube kini menjadi platform utama bagi politisi untuk menyampaikan pesan-pesan mereka kepada khalayak yang luas. Terus kemudahan dari akses dan interaktivitas yang ditawarkan oleh media digital ini memungkinkan masyarakat untuk tidak hanya menerima informasi, tetapi juga berpartisipasi aktif dalam diskusi politik saat ini.

Selanjutnya dimana peran media digital dalam membentuk opini publik ini tidak dapat diabaikan begitu saja. Karena informasi yang telah tersebar melalui media digital ini sering kali menjadi dasar pembentukan pandangan masyarakat terhadap isu-isu politik tertentu. Namun, di sisi lain juiga, media digital juga membawa tantangan kepada kita berupa penyebaran informasi yang tidak akurat atau hoaks. Seperti fenomena ini yang dapat memicu polarisasi politik yang tajam di tengah Masyarakat atau penduduk saat ini. Polarisasi yang semakin menguatkan ini tidak hanya memengaruhi hubungan antarindividu, tetapi juga dapat menciptakan ketegangan sosial yang dapat mengancam stabilitas politik dan sosial.

Selain itu juga, media digital yang telah memungkinkan munculnya aktor-aktor baru dalam komunikasi politik ini. Influencer, selebritas, dan figur publik yang aktif di media sosial kini memiliki peran signifikan dalam membentuk opini publik. Hal ini dapat membuka peluang bagi keterlibatan masyarakat yang lebih luas, tetapi juga dapat menimbulkan kekhawatiran terkait kredibilitas dan objektivitas informasi yang disampaikan. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memiliki literasi digital yang memadai agar mampu menyaring informasi dengan kritis dan bijak.

Dalam konteks Indonesia seperti sekarang ini, transformasi komunikasi politik yang melalui media digital juga berdampak pada strategi kampanye politik. Dimana Para politisi dan partai politik kini telah semakin bergantung pada platform digital untuk menjangkau pemilih, terutama generasi muda seperti kit aini yang merupakan pengguna aktif media sosial. Kampanye politik melalui media digital ini memungkinkan penyampaian pesan yang lebih personal dan terarah, namun juga dapat membuka ruang bagi manipulasi informasi dan propaganda. Tidak jarang, informasi yang disampaikan ini dalam kampanye semacam ini menggunakan strategi psikologis untuk memengaruhi emosi pemilih, baik melalui narasi positif maupun narasi yang negatif.

Selain manfaat apa yang ditawarkan, media digital juga dapat menciptakan ruang baru bagi diskusi politik yang lebih inklusif. Misalnya, forum-forum online yang dapat memungkinkan masyarakat dari berbagai latar belakang untuk berinteraksi dan berbagi pandangan mengenai isu-isu politik terkini dengan mudah. Hal ini juga memberikan peluang bagi partisipasi yang lebih luas, termasuk bagi kelompok-kelompok yang sebelumnya kurang terwakili dalam diskursus politik tradisional itu. Dalam banyak kasus, seperti media digital bahkan telah menjadi sarana bagi gerakan sosial untuk mengorganisasi aksi-aksi massa yang dapat membawa perubahan signifikan dalam kebijakan publik. Contoh konkret dari fenomena ini adalah gerakan tagar yang sering kali menjadi pemicu diskusi nasional dan internasional tentang berbagai isu penting.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa akses yang luas ini terhadap media digital juga dapat membawa dampak negatif. Polarisasi politik yang tajam sering kali diperparah oleh algoritma media sosial yang begitu cenderung memperkuat pandangan yang sudah ada dalam diri pengguna. Hal ini menyebabkan para pengguna hanya terpapar informasi yang sesuai dengan pandangan mereka sendiri, sementara itu informasi yang bertentangan diabaikan begitu saja. Kondisi ini juga dapat menghambat dialog konstruktif dan memperburuk konflik politik di masyarakat. Dampaknya, masyarakat cenderung lebih mudah terpecah-belah berdasarkan afiliasi politik atau ideologi tertentu, yang pada akhirnya mempersulit upaya untuk mencapai konsensus dalam isu-isu nasional.

Di sisi lain, fenomena hoaks dan disinformasi juga menjadi tantangan besar dalam komunikasi politik di era digital. Penyebaran informasi palsu dapat merusak kepercayaan publik terhadap institusi politik dan media. Bahkan, dalam beberapa kasus sekarang ini, hoaks digunakan sebagai alat propaganda untuk mendiskreditkan lawan politik atau memanipulasi opini publik. Hal ini diperparah oleh rendahnya tingkat literasi digital pada masyarakat yang Dimana sering sekali menerima informasi tanpa melakukan verifikasi terlebih dahulu. Oleh karena sebab itu, penting bagi masyarakat untuk memiliki literasi digital yang memadai agar mampu menyaring informasi dengan kritis dan bijak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline