Pancasila menjadi ideologi dasar bagi negara Indonesia yang merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Selain itu juga sebagai dasar negara digunakan untuk mengatur segala tatanan kehidupan bangsa Indonesia dan mengatur penyelenggaraan negara.
Pada sila kedua pancasila yakni Kemanusiaan yang Adil dan Beradab mengandung pengertian bahwa seluruh manusia merupakan mahkluk yang beradab dan memiliki keadilan yang setara di mata Tuhan. Dengan kata lain, seluruh manusia sama derajatnya baik perempuan atau laki-laki, miskin maupun kaya, berpangkat maupun yang tidak. Di negara kita ini sejatinya tidak diperbolehkan adanya diskriminasi terhadap suku, agama, ras, antargolongan, maupun politik.
Indonesia merupakan bagian dari kemanusiaan universal yang menjunjung tinggi hak asasi manusia dan mengembangkan persaudaraan atas dasar nilai keadilan dan kemanusiaan. Menjadi manusia merupakan nasib seluruh elemen dari suatu Negara. Kita memiliki hak dan kewajiban yang sama.
Mengakui dan memperlakukan kesederajatan manusia menjadi tonggak dalam pengamalan dasar Negara. Mengembangkan sikap tenggang rasa dan memiliki rasa kepeduliaan serta menghargai perbedaan suku, ras, bahasa, dan budaya.
Perkembangan zaman yang semakin pesat, memicu berkurangnya kepeduliaan terhadap sesama. Masyarakt berasumsi bahwa kehidupan dapat berjalan atas dasar kemampuan individu. Namun, tidak banyak orang yang sadar akan keberadaan orang sekitar yang masih ternilai kurang dan harus tetap melanjutkan hidup. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin Indonesia pada Maret 2022 adalah 26,16 juta jiwa, sedangkan tingkat kemiskinan mencapai angka 9,54% .
Sila kedua dalam Pancasila memiliki hak dan kewajiban, yaitu: Berhak mendapatkan keadilan di mata hokum, Berhak mendapatkan kehidupan yang layak dan diperlakukan secara adil di masyarakat, dan Wajib bersikap adil serta membela kebenaran.
Untuk itu bentuk pengimplementasian kemusiaan yang adil dan beradab, kami melakukan survey. Kami mengunjungi rumah Bapak Sunarwo Edi berusia 66 tahun yang merupakan salah satu penjual bakpau pinggir jalan yang terhitung hingga saat ini sudah berjualan selama 42 tahun. Kini beliau tinggal bersama sang istri di sebuah kos-kosan kecil di Kota Pasuruan, Jawa Timur tepat nya di daerah belakang RSUD dr.R.Soedarsono Kota Pasuruan. Disini kami melakukan wawancara serta bertukar cerita mengenai ekonomi, keperduliaan terhadap sesama, serta kemanusiaan.
"Yang dulu enak mbak waktu diviralno, itu enak tiap hari beli bakpo satu 100.000 langsung pergi. Banyak yang gitu-gitu waktu viral itu. Sekarang gak ada yang gitu, ada waktu itu pak ustad borong tapi aku bawanya sedikit Cuma 100 dapet duit 200.000 udah banyak, padahal dulu bawa bakpaunya tok 300." Ujar Bapak Sunarwo.
"Tahun 2019 pas waktu covid itu mbak aku bisa nabung setiap hari, soalnya diborong mbe PLN panglima sudirman 1jt, aku kebledosan kaki ini dikasi 3 jt, beras tiap minggu 5 kg." Ujar Bapak Sunarwo.
Kehidupan yang dijalani masing-masing orang berbeda. ada yang dilimpahi banyak kekayaaan, ada juga yang menjalankan kehidupan dengan sederhana, namun tak sedikit pula orang yang memiliki ekonomi yang kurang. Keberagaman tersebut harus dapat diterima oleh masyarakat dengan saling menolong satu sama lain. Dari paparan yang telah disampaikan Bapak Sunarwo, keberlangsungan nilai yang terkandung dalam sila ke 2 diterapkan oleh masyarakat. Kehidupan kurang yang dialami oleh Bapak Sunarwo masih menyadarkan masyarakat akan keperdulian terhaadap sesama.
Namun tidak menutup kemungkinan masalah sosial akan terjadi dalam proses bermasyarakat. Hal tersebut akan menjadikan perpecahan antar warga Negara. Angka kemiskinan yang ada di Indonesia akan semakin meningkat. Akan menyebabkan ketidak tercapainya nilai yang terkandung dalam sila ke -2 pula.