Lihat ke Halaman Asli

Shofwatun Nisa

Bermimpi dengan mata terbuka

Malam Pembaiatan

Diperbarui: 17 Juni 2020   13:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pada matahari yang berteduh
Pada matahari yang lelah
Bersandarlah lalu tidur
Iya ketika itu
Kau terlelap dulu menuju sadar
Malam pembaiatan
Mata terbubuh kain hitam
Kakipun harus mandiri
Tak perlu selimut ataupun alas
Penerangan pun ditiadakan
Lalu lalang sahabat sahabatiku
Bersenandung mantra mantra agamaku
Berbisik pada telinga yang tertusuk angin malam
Melayung layung ke dusun dusun setiap jiwa

Malam pembaiatan kala itu
Jiwa kader sahabatiku menggelora
Jemariku disuruh menyentuh pundaknya
Begitu pula sahabatiku yang lain
Bersatu jemari memegang tumpuhan beban
Berjalan sesuai arahan sahabatiku yang berpengalaman
Ah rasa kaki menyentuh krikil tajam tak apa
Ah rasa tusukan angin malam ribut itu tak apa
Karna apa? Karna rasa saling percaya

Malam pembaiatan kala itu
Di tanah lapang  berada
Hening terasa
Buzz, croack hanya yang bersisa
Bersatu para sahabat sahabatiku
Satu mengulur tangan lalu satu menggapai
Hingga membentuk bola kasti
Lalu suara sahabat ku menggelora
Membaca naskah baiat kader pmii baru
Membaca dengan tegas dan bercampur haru
Seraya mengajak kader pmii baru mengucap itu
Suatu gugusan abjad yang menyentuh hati
Mengajak kader pmii terus bergerak melaju
Dengan berdasar pada nahdlatul ulama
Berpaham ahlus sunnah wal jamaah
Tak akan layuh walaupun dirundung derita
Tak akan pupus walaupun pemerintah kontra dengan kita
Tangan terkepal dan maju ke muka
Salam pergerakan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline